Senin, 30 Maret 2020 23:31

Ahli virologi AS sebut COVID-19 berasal dari alam semesta dan mungkin sudah ada sejak bertahun-tahun

Covid-19

Baru-baru ini Profesor Robert Garry dari Fakultas Kedokteran Universitas Tulane Amerika Serikat dalam wawancaranya dengan American Broadcasting Company (ABC) menyatakan, pasar seafood Wuhan bukanlah sumber dari penularan Covid-19. Kesimpulan tersebut segera mengundang perhatian luas masyarakat internasional.

Pada tanggal 17 Maret 2020, jurnal kaliber dunia Nature Medicine menerbitkan hasil-hasil penelitian terbaru lima ilmuwan yang masing-masing berasal dari AS, Inggris dan Australia. Mereka dalam makalahnya mengajukan argumentasi bahwa virus corona jenis baru “bukanlah hasil laboratorium, juga bukanlah virus yang dimanipulasi oleh manusia dengan tujuan tersembunyi”. Pada keesokan harinya yakni tanggal 18 Maret, Fakultas Kedokteran Universitas Tulane Amerika Serikat di laman situsnya merilis sebuah video wawancara dengan Profesor Robert Garry, yang juga salah seorang penulis makalah tersebut. Garry dalam wawancaranya mengatakan, “Saya memberi tahu kalian bahwa ini bukan senjata biologis. Tiada orang yang membuat virus tersebut di laboratorium. Virus itu adalah hasil alami. Sekarang kita bahkan tidak tahu berapa lama virus itu telah hadir di antara manusia, mungkin hanya beberapa bulan saja, mungkin pula sudah beberapa tahun, bahkan puluhan tahun, kemudian pada akhirnya virus ini bermutasi sehingga menyebar dengan lebih cepat.”

Pada tanggal 27 Maret, ABC AS melaporkan wawancaranya dengan Robert Garry, yang sempat mengungkapkan kabar pentingnya, yakni walaupun ada spekulasi yang menduga bahwa virus tersebut berasal dari sebuah pasar seafood kota Wuhan, namun menurutnya, ini adalah informasi yang salah. “Hasil analis kami dan analis ilmuwan lainnya semuanya tertuju pada asal mula yang lebih awal daripada pasar seafood di kota Wuhan.” Garry menjelaskan, “Memang di sana terkonfirmasi sejumlah kasus, namun di sana bukan sumber penularan virus tersebut.”

Padahal semakin banyak ilmuwan yang percaya bahwa virus Covid-19 kemungkinan berasal dari tempat lain. Jurnal Lancet edisi online pada tanggal 24 Januari 2020 memuat sebuah makalah hasil penelitian 7 dokter klinis yang bertugas di Rumah Sakit Jinyintan Kota Wuhan. Dalam makalah itu sebanyak 41 kasus Covid-19 dijadikan sasaran penelitian. Dari 41 kasus itu terdapat 13 kasus yang sama sekali tidak memiliki riwayat perjalanan atau kontak dengan pasar seafood Huanan di kota Wuhan.

Pada tanggal 26 Januari 2020, majalah Science menerbitkan sebuah artikel yang berjudul Pasar Seafood Huanan Wuhan Kemungkinan Bukan Tempat Asal Virus Corona Jenis Baru. Artikel tersebut mengutip pandangan ahli penyakit menular dari Georgetown University, Profesor Daniel Lucey yang menulis bahwa “total terdapat 13 kasus yang tidak berkaitan dengan pasar seafood tersebut, ini bukan jumlah yang sedikit.” Ia berpendapat, jika hal ini benar-benar terjadi, maka virus corona jenis baru berpotensi berasal dari tempat yang lain.

Ahli penyakit pernapasan terkenal Tiongkok, Akademisi Zhong Nanshan baru-baru ini menunjukkan, walau wabah Covid-19 terdeteksi di Tiongkok, namun virusnya belum tentu berasal dari Tiongkok.

Wadah pemikir Kanada, Global Research di situs webnya menerbitkan artikel yang ditulis oleh Larry Romanoff, yang melakukan analisa terhadap sumber penularan virus dengan mengutip hasil penelitian para ahli virologi Taiwan Tiongkok terhadap kasus-kasus Covid-19 yang masing-masing terjadi di Iran dan Italia. Larry Romanoff menunjukkan, dari genom virus yang dirangkum dari kedua negara tersebut telah ditemukan perbedaan dengan genom virus yang ditemukan di Tiongkok. Artikel menyatakan, media Barat hanya memfokuskan perhatiannya pada Tiongkok sehingga menyesatkan banyak orang yang mengira bahwa virus corona jenis baru ditularkan dari Tiongkok ke negara-negara lain. Namun argumentasi itu nampaknya sudah terbukti salah dari hasil-hasil penelitian hingga saat ini.

Pada tanggal 26 Januari 2020, jurnal bergengsi internasional Tiongkok, Cell memuat komentar yang ditulis bersama oleh Profesor Zhang Yongzhen dari Pusat Klinis Kesehatan Publik yang berafiliasi Universitas Fudan kota Shanghai dengan Profesor Edward Homes dari Universitas Sydney.

Dalam komentarnya mereka berpendapat bahwa virus corona jenis baru kemungkinan sudah tersebar antar manusia “secara diam-diam” dan mengalami mutasi tertentu sebelum Desember 2019.

Sekarang semakin banyak negara yang sudah melaporkan kasus-kasus yang tidak memiliki riwayat perjalanan ke Tiongkok. Misalnya, di California, AS telah dilaporkan kasus Covid-19 yang tidak memiliki riwayat perjalanan ke daerah yang terdampak wabah parah maupun riwayat berkontak dengan pasien Covid-19. Dua kasus pertama yang terkonfirmasi di Iran juga tidak memiliki riwayat perjalanan ke Tiongkok. Seorang laki-laki Jepang terkonfirmasi positif virus corona jenis baru sepulang dari perjalanannya ke Hawaii. Ia mengaku tidak pernah berkunjung ke Tiongkok dalam waktu dekat sebelum terdeteksi terinfeksi virus Covid-19.

Menurut laporan BBC Inggris, walaupun kasus nomor satu Covid-19 di negeri itu dikonfirmasi pada 31 Januari 2020, namun hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa jauh pada pertengahan bulan Januari, di negerinya sudah ada kasus Covid-19 yang berasal dari sebuah keluarga di East Sussex County. Investigasi menunjukkan, dalam satu bulan sebelum jatuh sakit, mereka sekeluarga tidak pernah berkontak dengan orang Tiongkok, malah pernah berkontak dengan orang Amerika Serikat.

Lantas kita akan bertanya, dari mana virus itu?

Pendek kata, kita harus percaya pada ilmu pengetahuan! Harus mendengarkan pendapat dari pihak profesional dan ilmiah!

Tak peduli dari mana virus itu berasal, jangan merujuk kepada suku etnis mana pun, warna kulit atau wilayah mana pun. Ini adalah kesepahaman internasional sekaligus hati nurani manusia!

favorite 0 likes

question_answer 0 Updates

visibility 459 Views

Update
No Update Available
Related News
Kemanjuran dan keamanan vaksin buatan Tiongkok tak boleh dimungkiri
AS maling teriak maling?
Beberapa negara yang tuntut Tiongkok untuk ‘Terbuka’ malah batasi warga Tiongkok masuki wilayahnya
×