Minggu, 05 April 2020 18:34

Menangi wabah COVID-19, hal yang harus kita lakukan demi para korban meninggal

Covid-19

4 April kemarin adalah hari Ceng Beng, salah satu festival tradisional Tiongkok yang khusus untuk bersembahyang pada orang meninggal. Kemarin Tiongkok menggelar kegiatan berkabung nasional untuk menyampaikan rasa duka cita kepada pahlawan-pahlawan yang gugur dan saudara-saudara setanah air yang meninggal akibat wabah COVID-19. Inilah pertama kali Tiongkok menghidupkan kegiatan berkabung nasional berdasarkan hukum sebab terjadinya perisitwa mendadak di bidang kesehatan umum. Hal ini sepenuhnya memanifestasikan ide menomorsatukan rakyat, serta menghormati jiwa.

Pada kenyataannya, menghormati jiwa adalah kunci bagi Tiongkok untuk mencegah wabah dalam kurun waktu dua bulan. Menanggapi wabah kali ini, pemimpin tertinggi Tiongkok senantiasa menekankan harus menomorsatukan keselamatan jiwa dan kesehatan manusia. Segala tindakan pencegahan wabah harus dilakukan dengan berkisar pada topik penyelamatan jiwa. Justru seperti apa yang disebut Penasehat Senior Dirjen WHO Bruce Aylward setelah melakukan inspeksi di Tiongkok: “Menggunakan apa saja yang kamu miliki, menyelamatkan jiwa dengan sedapat mungkin. Medote Tiongkok dibuktikan mencapai kesuksesan.” Berdasarkan model data yang disediakan sejumlah ahli WHO, Tiongkok bertindak untuk mengontrol mobilitas penduduk, sehingga laju penyebaran virus di luar wilayah Tiongkok telah diperlambat hampir dua hingga tiga minggu.

Tetapi yang lebih memarahkan ialah, sejumlah politikus Barat sengaja menghiraukan peringatan dan pelaporan yang dikeluarkan Tiongkok tepat pada waktunya, terus menfitnah Tiongkok dengan beralasan wabah. Ketika wabah merebak di seluruh dunia, Wakil Presiden AS Mike Pence, dan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo malah terus menimpakan kesalahan kepada Tiongkok dengan tujuan menyembunyikan kekurangan pembenahan dirinya.

Celaan tanpa alasan tersebut dibantah bersama oleh penanggung jawab Program Darurat Kesehatan WHO, Michael Ryan dan organisasi pengawasan media AS FAIR. Tanggal 3 Jumat lalu, lebih dari 90 sarjana terkemuka dan pejabat senior pemerintah AS mengumumkan surat terbuka untuk menghimbau Tiongkok dan AS meningkatkan kerjasama, bersama-sama mengantisipasi wabah.

Pada kenyataannya, Tiongkok senantiasa berprinsip terbuka, transparan dan bertanggungjawab, melakukan kerjasama dengan masyarakat internasional termasuk AS. Pemimpin tertinggi Tiongkok sudah mengadakan kontak telepon dengan pemimpin manca negara, serta mengajukan usulan di depan KTT luar biasa penanganan wabah COVID-19. Tiongkok sudah menyediakan barang bantuan kepada 120 negara dan 4 organisasi internasional, serta mengirim tim medis dan ahli untuk ikut pengobatan di luar negeri. Dokumen diagnosis sudah dibagikan Tiongkok kepda 180 negara, 10 organisasi baik intrenasional maupun regional. Tujuan Tiongkok ialah dengan sekuat tenaga menyelamatkan jiwa. Karena Tiongkok menyadari, virus tidak mengenal perbatasan negara, seluruh umat manusia adalah komunitas senasib sepenanggungan, membantu orang lain sama dengan membantu diri sendiri.

Pada Hari Ceng Beng tahun ini, rakyat Tiongkok berkabung pada korban meninggal, perlu menjadikan solidaritas dan kerja sama sebagai senjata, dan membersihkan rintangan terhadap kerjasama internasonal. Selekasnya menang dalam pertempuran melawan wabah COVID-19, inilah hal yang harus kita lakukan demi segala korban meninggal.

favorite 0 likes

question_answer 0 Updates

visibility 188 Views

Update
No Update Available
Related News
Kemanjuran dan keamanan vaksin buatan Tiongkok tak boleh dimungkiri
AS maling teriak maling?
Beberapa negara yang tuntut Tiongkok untuk ‘Terbuka’ malah batasi warga Tiongkok masuki wilayahnya
×