Kamis, 10 September 2020 20:20

Sosok KH Munif Muhammad Zuhri, pengasuh Ponpes Girikusumo, Mranggen, Demak

Pendidikan

Sosok karismatik asal Kabupaten Demak, KH Munif Muhammad Zuhri merupakan sosok ulama yang lahir di Dukuh Girikusumo, Desa Banyumeneng, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak, pada Hari Senin, tanggal 5 Maret 1962 silam. KH Munif Muhammad Zuhri merupakan putra keempat dari KH Muhammad Zuhri dan Ibu Hj Rofiah.

Ayah dari KH Munif Muhammad Zuhri juga merupakan seorang ulama kala itu. Beliau dikenal arif dan bijaksana oleh kalangan warga masyarakat, sehingga tidak sedikit warga yang datang untuk menuntut ilmu dan bertawassul, memohon doa agar hajat yang mereka inginkan dapat terlaksana.

Sejak kecil beliau sudah dikenalkan nilai-nilai ajaran Islam oleh keluarganya. Beliau mulai mempelajari ajaran-ajaran Islam dengan membaca serta memahami kitab suci Al-Qur’an dan kitab-kitab klasik dari ayahandanya. Dan juga sejak kecil beliau suka bersholawat. Hal ini yang mendasari beliau mendirikan pengajian JAMUNA.

Ibarat pepatah, "pohon jatuh tak jauh dari pohonnya", menggambarkan sosok KH Munif Muhammad Zuhri yang mewarisi kearifan dan ilmu agama dari ayahandanya. Dirinya menjadi pengasuh Pondok pesantren dimana ia dilahirkan, yakni Ponpes Girikusumo.

Semasa kecil, KH Munif mengawali pendidikan Sekolah Dasar di Mranggen, namun beliau tidak sempat menyelesaikan pendidikan SD tersebut. Kemudian beliau masuk pondok pesantren. Bahkan ada beberapa pondok yang beliau masuki, yakni diantaranya Ponpes Futuhiyyah Mranggen, Lirboyo Kediri, Termas, dan Ponpes Bringin Salatiga.

Menurut informasi dari santri dan warga masyarakat, KH Munif Muhammad Zuhri selama belajar ilmu di beberapa pondok pesantren, beliau tidak pernah mengikuti kegiatan pondok.

Setelah kembali dari pondok, beliau disuruh mengajar para santri-santriwati. Bukannya kebingungan atau gugup, beliau malah mengajar dengan baik, bahkan tanpa ada rasa ragu atau gugup. Padahal selama mondok, beliau tidak pernah mengikuti Ngaji dari para kyai-kyainya.

KH Munif menikah dengan Nyai Anis Afianti, wanita asli Desa Banyumeneng, dan dikaruniai tujuh anak, yakni Hilma Wati, Nabil, Lina, Ayu Permatasari, Amalia, Nur Kumala dan Ali.

KH Munif Muhammad Zuhri menggantikan kakaknya KH Nadzif Muhammad Zuhri menjadi pengasuh pesantren yang didirikan almarhum kakeknya KH Muammad. Beliau menghabiskan hari-harinya dengan memberikan pengajian dan mengajar santri-santriwatinya. Beliau juga memimpin pengajian Thariqah Naqsabandiyah Khalidiyah.

Dalam mengembangkan ajaran Islam, KH Munif Muhammad Zuhri tidak hanya mengajarkan kepada para santrinya saja. Masyarakat awam-pun banyak yang datang ke Pondok beliau, untuk mengikuti pengajian JAMUNA (Jamiyyah Muji Nabi), pengajian yang beliau dirikan. Pengajian ini dilaksanakan setiap kamis malam (Malam Jumat), dengan pengikut pengajian yang membludak, baik bapak-bapak, ibu-ibu, muda-mudi, bahkan juga banyak anak-anak. Baik dari daerah lokal maupun dari luar daerah. Bahkan ada juga yang datang jauh-jauh dari Jawa Timur untuk mengikuti pengajian JAMUNA KH Munif Muhammad Zuhri ini.

Dalam mengajarkan pengajian JAMUNA, KH Munif selalu menyampaikan dengan sopan dan sangat berisi. Pesan tentang akhlaqul karimah, budi pekerti dan perjalanan dunia akherat menjadi bahasan pengajian beliau. Dengan penyampaian yang beliau berikan, dengan memahami kondisi karakter watak masyarakat, menjadikan pengajian yang beliau dirikan banyak disenangi dan didatangi warga masyarakat.

Hingga saat ini, nama KH Munif Muhammad Zuhri sangat dikenal dikalangan masyarakat Jawa Tengah, khususnya wilayah Kabupaten Demak, Semarang, Kendal, dan Purwodadi. Tidak sedikit para tokoh bangsa, pejabat TNI, Polri yang sowan ke beliau.

"Semoga Kita Termasuk Umat Nabi Muhammad SAW yang Akan Mendapatkan Syafaatnya, Amin,".

favorite 3 likes

question_answer 0 Updates

visibility 5292 Views

Update
No Update Available
Related News
Bekerja sama dengan Unila, DPC Peradi SAI Lampung, kembali adakan PKPA ke-3
Dubes Fadjroel Meresmikan PPI Kazakhstan
Penerimaan Mahasiswa Baru: Desain Komunikasi Visual Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal (DKV-ISTA) Jakarta
×