Sabtu, 26 September 2020 01:34

Jurnal Inggris: Pengalaman Tiongkok dalam pelestarian keanekaragaman hayati patut dipelajari seluruh dunia

Luar Negeri

Jurnal Inggris baru-baru ini dalam editorialnya menyatakan, Tiongkok memainkan peranan krusial dalam pembenahan keanekaragaman hayati global, ilmuwan Tiongkok memiliki pengalaman berharga yang patut dipelajari seluruh dunia.

Editorial menunjukkan dengan mengutip Global Biodiversity Outlook yang diumumkan Sekretariat Konvensi Keanekaragaman Hayati PBB, bahwa dalam 20 target pelestarian spesies dan ekosistem yang dijadwalkan perwujudan pada tahun 2020, hanya 6 target diwujudkan secara parsial, yang lain gagal diwujudkan. Kehilangan keanekaragaman hayati dan degradasi ekosistem memberikan dampak mendalam kepada kesejahteraan dan kehidupan umat manusia.

Editorial mengatakan, seluruh dunia harus segera beraksi untuk membalikkan tren memburuknya polusi lingkungan dan kerusakan ekosistem. Menurut sebuah analisa yang dilakukan berbagai negara pada tahun 2019, sekitar 1 juta spesies fauna dan flora di dunia terancam punah.

Konferensi COP 15 PBB bakal digelar di Kunming Tiongkok pada tahun 2021. Pertemuan akan mengadakan konsultasi mengenai isi Kerangka Keanekaragaman Hayati Pasca 2020, dan menyusun target global baru 2021-2030.

Editorial menunjukkan, menjelang Konferensi Kunming, berbagai pihak hendaknya mengetahui pengalaman dan cerita para ilmuwan dan tenaga periset Tiongkok di bidang keanekaragaman hayati. Tiongkok berpengalaman puluhan tahun di bidang penelitian bagaimana menjaga keseimbangan ekonomi dan mengontrol kerugian spesies dan ekosistem sehingga dapat memberikan manfaat kepada pekerjaan keanekaragaman hayati dunia.

Artikel menunjukkan bahwa pertumbuhan cepat ekonomi Tiongkok membantu satu generasi melepaskan diri dari kemiskinan, juga pernah memicu serangkaian masalah lingkungan. Untuk menanggapi opini rakyat, badan terkait Tiongkok selalu berusaha bersama dengan analis dalam dan luar negeri, merencanakan satu jalur kemajuan perkembangan yang lebih rendah karbon.

Tiongkok juga mengadakan inovasi dalam sistem pelestarian lingkungan dengan membangun “kawasan ekosistem sensitif”, “kawasan ekosistem rentan” dan “cagar alam” , membatasi kegiatan manusia supaya memelihara keanekaragaman hayati. Kebijakan ini adalah salah satu kebijakan yang paling awal diajukan di dunia, patut dipelajari negara-negara lain.

Prakarsa “Belt and Road” atau Sabuk dan Jalan Tiongkok juga mengusulkan pelestarian lingkungan. “Rencana Kerja Sama Pelestarian Ekosistem Sabuk dan Jalan” yang diumumkan bulan Mei 2017 adalah salah satu contoh ide perkembangan rendah karbon yang dilaksanakan Tiongkok.

Akhirnya, yang juga penting adalah Tiongkok mempunyai tim penelitian yang terdiri dari staf penelitian dan tenaga akademis dalam jumlah besar.

Artikel mengatakan bahwa para ilmuwan Tiongkok selalu adalah inti pelestarian lingkungan dan perkembangan ekonomi Tiongkok, pengalaman mereka selama puluhan tahun ini bisa menyediakan cermin bagi negara lain dalam penyelamatan keanekaragaman hayati dan pelestarian ekosistem.

Tanggal 30 bulan ini, PBB akan mengadakan Konferensi Tingkat Tinggi Keanekaragaman Hayati online. Majalah “Nature” mewawancarai wakil-wakil berbagai negara yang mengikuti pertemuan tersebut, semua orang mengharapkan pertemuan COP 15 yang akan diselenggarakan di kota Kunming, Provinsi Yunnan, Tiongkok pada tahun depan bisa secara sukses mempersatukan semua negara, menyingkirkan perselisihan politik, mencapai perjanjian untuk mewujudkan keanekaragaman hayati global.

favorite 0 likes

question_answer 0 Updates

visibility 131 Views

Update
No Update Available
Related News
Tiongkok percepat pembentukan Jaringan Transportasi Komprehensif Tiga Dimensi
Meningkatkan pelestarian bersama ekologi di Delta Sungai Yangtze
Anggota RCEP aktif berpartisipasi dalam CICPE
×