“Data kematian ini bener, kalau masih tidak percaya, coba lihat ke rumah sakit, lihat apa yang sedang dilakukan para personel medis”. Demikian kata pakar kedokteran senior AS Anthony Fauci ketika menanggapi serangan pemimpin AS yang mencela CDC AS sengaja memperbesarkan data wabah belakangan ini.
20 juta lebih orang terdiagnosa, 350 ribu orang tewas. Di Los Angeles, setiap 6 detik satu orang terdiagnosa terinfeksi wabah Covid-19. Serangkaian angka yang dingin mencerminkan wabah yang sudah lepas control di AS. Akan tetapi, sejumlah politikus AS tetap mengabaikannya, terus menyebarkan info yang palsu dan mencoba mengelakkan tanggung jawabnya.
Dalam 10 bulan yang lalu, info yang tepat menjadi langka di medan perang melawan wabah di AS. Wabah disebut sebagai flu besar, suntikan disinfektan disebut dapat membasmi virus, sampai meletusnya wabah adalah penipuan baru dari rival politik, politikus AS sering melontarkan perkataan yang mengejutkan, menjaja ilmu palsu kepada publik AS.
Washington Post dalam artikelnya menunjukkan, peredaran info yang salah dapat menjelaskan mengapa AS merupakan salah satu negara yang paling tingginya tingkat kematian akibat wabah Covid-19 di dunia meskipun memiliki teknologi kedokteran yang maju.
Meski masih tinggal sekitar 20 hari dari meninggalkan pos jabatannya, namun politikus Gedung Putih tetap terus bertarung. Di latar belakangan ini, menawarkan krisis wabah dan memperbesarkan kinerjanya menjadi urusan yang penting. Umum telah mencatat, pada hari pertama Tahun Baru, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dalam twitternya mengatakan, AS sekarang jauh lebih aman daripada empat tahun yang lalu, sedangkan pada sepekan yang cuitannya diunggah, rata-rata setiap 33 detik satu orang meninggal dunia di AS karena wabah.
Politikus Washington yang sombong sibuk untuk kepentingan dirinya, rakyat AS yang baik hati menderita. AS yang mengabaikan HAM, mengalami keretakan sosial dan malfungsi sistem masih dapat menyebutkan diri sebagai Menara Dunia Bebas?