Sabtu, 09 Januari 2021 00:07

Kekacauan di AS memalukan mercusuar demokrasi

Luar Negeri

Politikus Amerika Serikat (AS) selalu menyedut diri sebagai “Pembela Demokrasi”, melagakkan dirinya berada di ujung tertinggi “Mercu Suar Demokrasi”, asyik mempromosi “demokrasi ala AS” di berbagai tempat di dunia, menimbulkan kekacauan di mana-mana dan menghasut perlawanan dengan kekerasan. Kekacauan yang terjadi di AS itu memalukan “ mercu suar demokrasi” dan juga memprediksi mercu suar itu akan runtuh.

Pada tanggal 6 Januari waktu setempat, Senat dan Majelis Perwakilan AS tengah mengadakan sidang untuk menghitung hasil jumlah pemungutan suara pemilu di berbagai negara bagian. Padahal, itulah suatu acara ritual, tapi disambut unjuk rasa besar-besaran, dan kemudian terjadi kekacauan dan peristiwa berdarah yang menggemparkan dunia. Sejauh ini, terdapat 4 orang tewas dalam konflik. Karena terjadi kerusuhan itu, di Washington DC diberlakukan jam malam.

Menurut Russia Today, AS akhirnya dapat mencicipi rasa apa yang disebut sebagai “Demokrasi” yang selalu dijajanya di luar negeri. Peristiwa yang terjadi di Gedung Capitol itu sulit dijelaskan dengan “pertarungan bipartisan yang berpandangan pendek”, melainkan “kebangkrutan moral total kamp pro-pendirian politik dan media di seluruh AS”.

Sebagai bagian penting “kekuatan lunak” AS, “demokrasi ala AS” selalu merupakan alat penting AS untuk menegakkan citranya di dunia, juga merupakan “senjata ampuh” AS untuk mengekspor pandangan nilai AS dan mengupayakan hegomoni. Namun, pemilu kali ini justru seperti pemeriksaan X-ray mengungkapkan kejelakan di dalam mercu suar demokrasi”. AS yang selalu “khawatir” terhadap keadaan demokratik negara lain kini menghadapi kesulitan di dalam dan luar negeri dan sedang menjadi obyek yang “dikhawatirkan”.

Tahun ini genap 10 tahun Arab Spring, dan dengan intervensi negara-negara Barat termasuk AS, sejumlah pemerintah Asia Barat dan Afrika Utara telah digulingkan. Akan tetapi, Arab Spring gagal membawa musim semi kepada negara-negara tersebut malah menjadi contoh negatif promosi “Demokrasi ala AS” oleh AS di seluruh dunia. Kebanyakan negara yang pernah mengalami “Arab Spring” itu menemukan, apa yang disebut sebagai “demokrasi ala AS” tidak membawa kelahiran baru kepada mereka melainkan malapetaka dan kesengsaraan yang tak kunjung habisnya.

Eurasia Group, perusahaan konsultasi politik terkenal baru-baru ini mengumumkan laporan “10 risiko sedunia 2021”. “AS yang terpecah-belah” dicantumkan sebagai urutan pertama dengan alasan “sebuah negara adikuasa yang dirobek adalah masalah besar bagi semua orang”. AS mengecam negara lain “kurang demokratik”, dengan alasan itu mengenakan sanksi, menggulingkan kekuasaan bahkan melakukan serangan militer terhadap negara-negara tersebut. Ketika berbuat itu, AS hendaknya dengan sungguh-sungguh melihat keadaan dirinya sendiri, jangan merepotkan dunia lagi.

favorite 1 likes

question_answer 0 Updates

visibility 350 Views

Update
No Update Available
Related News
Tiongkok percepat pembentukan Jaringan Transportasi Komprehensif Tiga Dimensi
Meningkatkan pelestarian bersama ekologi di Delta Sungai Yangtze
Anggota RCEP aktif berpartisipasi dalam CICPE
×