Minggu, 31 Januari 2021 23:47

Peliknya tantangan pemberian ASI eksklusif sejak bayi lahir hingga usia enam bulan

Kesehatan

JAKARTA, 31 Januari 2021, Para Ibu masih mengalami banyak tantangan dalam pemberian ASI eksklusif sejak bayi lahir hingga usia enam bulan. Padahal, ASI eksklusif ini memberikan banyak manfaat baik bagi bayi, keluarga, dan terhadap perbaikan generasi masa mendatang, termasuk perekonomian secara makro.

Idekonomi membahas isu ini dalam episode podcast yang membahas realita dan tantangan bagi para ibu dalam pemberian ASI eksklusif. Episode kali ini dikemas dalam segmen CeritaPuan, yang merupakan rubrik Idekonomi yang fokus membahas isu-isu gender dan demografi dalam perspektif Ilmu Ekonomi.

Pada CeritaPuan Episode ke-8 ini, Idekonomi menghadirkan Adiatma Siregar, dosen dan peneliti di Center for Economics and Development Studies (CEDS), Universitas Padjadjaran. Idekonomi dan Adiatma membahas beberapa topik mencakup pentingnya pemberian ASI eksklusif bagi masyarakat dan perekonomian, tantangan yang dihadapi, dan realita yang ada di Indonesia.

Pentingnya ASI Eksklusif
Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, di Indonesia, 96% anak di bawah 24 bulan diberikan ASI. Tetapi faktanya, hanya 42% bayi yang mendapatkan ASI eksklusif. Kata kunci dari ASI eksklusif adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI) selama enam bulan sejak bayi lahir tanpa tambahan asupan lainnya, bahkan air putih. Studi Alive & Thrive menyatakan bahwa di Indonesia dampak ekonomi dari tidak memberikan ASI mencapai 9,35 Miliar Dolar AS. Angka ini bahkan relatif jauh lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara.

“Kita masih punya PR untuk (mendorong ASI eksklusif) 50-an persen lagi ke depannya. Kenapa ini menjadi sangat penting? ini untuk next generation, pentingnya adalah di sana," ujar Adiatma. Hal ini penting untuk memastikan agar anak-anak ini dapat berkarya secara optimal pada saat memasuki usia produktif. Dalam hal ini tentu banyak faktor pendukung lainnya, namun ASI merupakan salah satu faktor yang berperan penting,” ujar Adiatma.

Selain itu, isu terkait ASI eksklusif ini juga penting untuk dibahas masyarakat karena dampaknya yang luar biasa, bahkan turut berdampak pada perekonomian negara. Jika permasalahan tidak diberikannya ASI eksklusif ini tidak ditanggulangi sejak awal, kesempatan untuk memperbaiki kondisi yang ada sangat pendek dan tidak bisa diulang kembali, begitu sudah terjadi.

“Anak ini seolah-olah ditentukan nasibnya saat ia tidak bisa memilih. Kalau si anak sudah bisa ngomong, mungkin dia akan berargumen, kenapa dia dikasih susu formula, misalnya. Sehingga mengapa hal ini menjadi sangat penting untuk dibahas dan diketahui karena decision-nya pendek, waktunya, hanya datang di saat si anak ini lahir, sedangkan impact-nya seumur hidup,” menurut Adiatma.

ASI Eksklusif di Indonesia, Antara Preferensi dan Kondisi
Di Indonesia, biaya peluang dari tidak memberikan ASI relatif lebih tinggi dari negara di Asia Tenggara lainnya karena Indonesia memiliki jumlah penduduk yang jauh lebih banyak. Di sisi lain biaya ini juga dapat menjadi benefit. Dengan kata lain jika ASI eksklusif diberikan secara optimal, maka dampak positif ekonomi yang diciptakan juga dapat menjadi sangat tinggi. Dalam pemberiannya, ASI Eksklusif menghadapi banyak tantangan dari berbagai sisi, tidak hanya terkait preferensi namun juga kondisi ibu. Dilihat dari sisi demografi maupun sosioekonomi, Ibu yang tinggal di desa dan kota memiliki tantangannya masing-masing. Tidak bisa dikatakan bahwa ibu yang tinggal di kota cenderung lebih mudah untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan ibu di desa, maupun sebaliknya.

“Salah satu tantangan yang sering kami temui adalah ada culture yang mungkin lahirnya dari ketidakpahaman yang akhirnya menyebabkan ASI eksklusif tidak dilakukan dengan baik. Contohnya, saat umur sekian saja sudah diberikan (asupan) ini dan itu, niatnya tidak jahat, tetapi mereka tidak mengerti. Mungkin ibunya mengerti, namun karena generasi sebelumnya belum paham sehingga membuat ibu tertekan, apalagi saat ibunya bingung. Hal ini bisa terjadi pada semua social class,” ujar Adiatma.

Faktor lainnya adalah keharusan bekerja. Hal ini terjadi ketika ibu harus mengalami trade-off antara memberikan ASI eksklusif atau kembali bekerja. Memberikan ASI eksklusif sambil bekerja bukan hal yang mudah terlebih fasilitas ruang laktasi di Indonesia cenderung minim. Kesamaan dari ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif adalah adanya pemahaman yang bagus mengenai ASI eksklusif. Oleh karena itu, peran posyandu sangatlah penting karena ibu harus paham bahwa enam bulan pertama ini merupakan waktu yang sangat krusial bagi anak.

Selain itu keluarga, terutama suami harus mendukung dan memahami kebutuhan seorang ibu dan anak pada masa tersebut. Edukasi dan support circle adalah kriteria dasar suksesnya ASI eksklusif. Terlebih hingga saat ini, belum ada penelitian yang bisa membuktikan bahwa susu formula dapat menggantikan ASI yang sebenarnya. “Kalaupun ada efek positifnya, tidak akan ada yang bisa menggantikan ASI. Mungkin dampaknya, bagaimanapun juga akan lebih baik mendapat susu formula daripada tidak diberikan sama sekali. Mungkin dampaknya tidak akan sebesar 9,35 ini,” menurut Adiatma.

Tantangan Terbesar Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia
Tantangan yang lebih jauh lagi berasal dari sisi kebijakan, Indonesia sudah punya peraturan terkait cuti melahirkan. Tetapi dalam implementasinya belum dilaksanakan secara sempurna, bahkan cuti melahirkan selama enam bulan masih menjadi pro dan kontra. Pihak yang pro biasanya merupakan pihak yang sudah memiliki pemahaman yang baik akan pentingnya ASI eksklusif. Sedangkan, pihak kontra umumnya memiliki alasan terkait ekonomi. Adanya kekhawatiran dalam hal jaminan pekerjaannya dan keharusan menanggung pengeluaran keluarga. “Itu yang kita coba push, dari CEDS, Kemenkes, Kementerian Perlindungan Wanita, Alive & Thrive, dan UNICEF, bersama membahas dan semuanya punya ide ke arah sana, Sepanjang pengalaman kami, setahu saya belum ada pembahasan terkait dengan ini. Inginnya, kalau jadi mau ke sana sudah ada studi yang menunjukkan siapa yang bayar apa dan berapa biaya yang perlu dipersiapkan,” ujar Adiatma.

Meningkatkan Pemberian ASI Eksklusif
Dalam implementasinya, perlu dibahas skenario biaya dan beban biaya cuti melahirkan tidak hanya ditanggung perusahaan atau pemerintah, tetapi keduanya. Secara hitungan, biaya ini lebih kecil daripada dampak ekonomi yang ditimbulkan akibat tidak diberikan ASI eksklusif. Namun, secara budget impact, masih harus dipersiapkan. Sebuah penelitian yang dilakukan di negara maju menyatakan bahwa ASI dan tingkat partisipasi pekerja perempuan memiliki hubungan positif. Hal ini terjadi karena adanya cuti melahirkan memberikan jaminan pekerjaan dan ekonomi bagi perempuan.

“Mungkin kalau dari policy, implementasi yang sudah ada perlu diperkuat dan diperketat pelaksanaannya. Kedua, maternity leave tadi perlu dikaji lebih jauh, bukan kaji cost-nya, tapi teknisnya sudah mulai masuk agenda yang dibahas. Ketiga, dari sisi government, pemerintah kan sudah membuat Posyandu untuk membantu ibu-ibu memahami. Nah sekarang perlu hati-hati karena adanya COVID ini, banyak Posyandu yang berhenti. Hal ini akan punya impact ke depannya. Posyandu harus punya peranan yang lebih kuat lagi terkait ASI ini. Dengan kata lain, Posyandu harus benar-benar dihargai dari sisi government dan masyarakat,” menurut Adiatma.

Selebihnya, perlu sistem social support dan lainnya, misalnya cash transfer untuk keluarga terdampak secara ekonomi selama masa pandemi. Hal ini dapat memberikan jaminan pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan mendorong ibu untuk lebih fokus memberikan ASI. Lebih lanjut, dari sisi masyarakat, hal yang dapat kita lakukan saat ini adalah merubah perilaku, pengetahuan, dan pemahaman terkait dengan isu ASI eksklusif ini.


----
Idekonomi merupakan media yang bertekad untuk membumikan pemahaman mengenai isu ekonomi agar mudah dipahami melalui wawancara interaktif bersama ahli dan dikemas dalam bentuk siniar (podcast) serta wadah lainnya. Dengarkan secara lengkap pembahasan mengenai isu tersebut di bit.ly/spotify-idekonomi. Sampaikan ide untuk pembahasan di episode berikutnya serta saran, masukan dan ajakan kolaborasi atau kerjasama melalui kotak surel kami di contact.idekonomi@gmail.com (Ilman)

favorite 1 likes

question_answer 0 Updates

visibility 992 Views

Update
No Update Available
Related News
Selain artemisinin, masih banyak hadiah Tiongkok untuk dunia
Peng Liyuan berpidato di depan konferensi virtual Hari Tuberkulosis Sedunia 2022
Sambangi warganya, Polres Kepulauan Seribu bagikan masker gratis
×