Selasa, 25 Mei 2021 03:44

G20 perlu bersinergi lebih lanjut dengan agenda SDGs 2030 untuk menghadapi tantangan di masa pandemi COVID-19

SDGs

Jakarta, 21 Mei 2021. The Global Solutions Initiative (GSI) bersama dengan Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH baru-baru ini menerbitkan buku elektronik yang berjudul “INTERSECTING” dalam rangka satu tahun pandemi COVID-19 pertama kali muncul. Buku elektronik ini menampilkan gagasan dan pengalaman dari seluruh dunia tentang bagaimana masyarakat dapat mencegah gangguan serupa dalam kehidupan sosial, ekonomi, politik, dan kelembagaan di masa depan. Melalui buku elektronik ini, lebih dari 100 penulis dari semua benua, termasuk LPEM FEB UI, berkontribusi dalam menggambarkan mengapa infrastruktur baru berkelanjutan adalah kunci untuk membangun masyarakat yang tangguh dan mencegah pandemi di masa depan.

Dalam rangka peluncuran buku elektronik tersebut, Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM FEB UI) mengadakan webinar yang berjudul Intersecting: Sustainable Ways to Implement Post-Covid-19 Recovery pada Kamis, 20 Mei 2021 lalu. Melalui kegiatan webinar ini, para pembicara akan membahas lebih dalam lagi mengenai buku INTERSECTING dan implementasi pada pemulihan pasca COVID-19. Sesi pertama yang bertajuk “G20 Overall Cooperation and Multilateralism” diisi oleh Nella Sri Hendriyetty (Asian Development Bank Indonesia), Yose Rizal Damuri (Centre for Strategic and International Studies), dan Kiki Verico (LPEM FEB UI).

Dalam paparannya, Nella menjelaskan bahwa Group of Twenty (G20) merupakan forum utama kerjasama ekonomi internasional, yang lahir untuk merespon krisis global pada tahun 1998 dan 2008 dan berfokus pada stabilitas keuangan dan tata kelola ekonomi global. Dalam kaitannya dengan pandemi COVID-19, G20 perlu bersinergi dengan Agenda SDGs 2030 lebih dari sebelumnya karena krisis saat ini tidak bersumber dari kegiatan keuangan atau ekonomi, tetapi dari kesehatan global dan ketergantungan pada vaksin. “G20 harus fokus mencari solusi pada sektor tertentu dalam merespon COVID-19. Ada dua bidang yang diharapkan dapat mendorong perekonomian global, yaitu stabilitas global dan ketahanan lokal. Untuk menciptakan stabilitas global, perlu didefinisikan barang publik global yang perlu didukung bersama oleh semua negara. Salah satu barang publik global yang dimaksud adalah konektivitas global. Stabilitas global, bersama dengan ketahanan lokal (meliputi kesehatan dan infrastruktur), akan menjadi model baru pertumbuhan global di dunia.” tambah Nella. Nella juga merekomendasikan beberapa topik yang harus dibahas dalam G20: (1) Pembentukan kembali agenda dan stimulus ekonomi; (2) Komitmen prioritas infrastruktur dan perubahan iklim; dan (3) Pembiayaan, meliputi investasi, mobilisasi sumber daya dalam negeri dan kerjasama pajak internasional.

Masih berkaitan dengan pandemi COVID-19 dan krisis, Yose memaparkan bahwa terdapat masalah jangka pendek, menengah, dan panjang yang muncul dalam penanganan pandemi COVID-19 dan krisis. Di jangka pendek, beberapa masalah yang muncul meliputi isu produksi dan distribusi vaksin, peningkatan fasilitas dan alat kesehatan di least developed countries, dan penyediaan dukungan untuk negara berkembang dan least developed countries dengan memperpanjang dukungan utang. “Permasalahan yang muncul di jangka menengah terkait dengan exit strategy dari ketergantungan yang besar pada dukungan fiskal dan masalah utang, penguatan financial safety net, revitalisasi konektivitas dan hubungan ekonomi, serta dukungan terhadap UKM untuk memulai aktivitasnya. Sedangkan isu di jangka panjang mengenai pemulihan yang lebih kuat, lebih cepat, dan lebih berkualitas, penempatan lebih banyak sumber daya untuk mewujudkan SDGs, dan persiapan tata kelola ekonomi global untuk pengaturan ekonomi pasca COVID-19 yang lebih adaptif dan tangguh.”, ujar Yose. Selanjutnya dalam konteks G20, Yose menegaskan bahwa terdapat empat tantangan dalam konteks kerjasama global/regional: kepentingan politik dan ekonomi domestik, kurangnya kepercayaan antar negara, ketegangan akibat dinamika kekuatan ekonomi dan politik, serta mekanisme yang tidak memadai.

Selanjutnya dalam sesi paparan terakhir, Kiki berpendapat bahwa G20 merupakan full circle of economic cooperation karena terdiri dari negara maju hingga negara berkembang. “G20 saat ini menunjukkan progres yang signifikan sejak tekanan krisis keuangan global tahun 2008 lalu.” tambah Kiki. Terkait dengan resesi, Kiki juga mengatakan “Hampir semua negara di dunia mengalami pertumbuhan ekonomi di bawah 0% (kontraksi ekonomi) selama pandemi COVID-19. Kita tidak tahu apakah pandemi ini akan tetap menjadi pandemi atau malah menjadi endemik, yang akan meninggalkan dampak buruk di jangka pendek maupun panjang.” Selanjutnya, Kiki juga menyebutkan beberapa solusi yang dapat dilakukan dalam penanganan pandemi COVID-19 dan krisis. “Di jangka pendek, ekspansi fiskal, ekspansi moneter, dan reformasi struktural dapat dilakukan. Di jangka panjang, pemulihan ekonomi berkelanjutan melalui perdagangan, penanaman modal asing, dan reformasi struktural (sufficient condition) harus dilakukan.”

favorite 2 likes

question_answer 0 Updates

visibility 886 Views

Update
No Update Available
Related News
G20 perlu bersinergi lebih lanjut dengan agenda SDGs 2030 untuk menghadapi tantangan di masa pandemi COVID-19
Focus Group Discussion Rembuk Nasional Transfer Anggaran berbasis Ekologi (EFT) di Indonesia
Skema baru dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) diterbitkan Kemendikbud
×