Sebagai wujud kepedulian pemerintah daerah terhadap dinamika masyarakat yang terjadi, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi Lampung, mengundang belasan Organisasi Masyarakat (Ormas) guna membahas, polemik paham radikalisme dan terorisme yang hingga kini, keberadaannya masih menjalar dimasyarakat. Rabu (29/6/2022)
Acara berupa dialog interaktif itu, mengangkat tema “Membangun Sinergitas Pemerintah dan Ormas Dalam Mencegah Radikalisme dan Terorisme di Provinsi Lampung"
Dimulai pukul 09.00 s/d 12.00 Wib, bertempat diroom Diamond, Hotel Emersia kota Bandar Lampung, kegiatan dibuka secara langsung oleh Gubernur yang diwakili Kepala Kesbangpol Provinsi Lampung, M. Firsada. Dan didampingi Komandan Korem 043 Garuda Hitam provinsi Lampung yang diwakili oleh Kasi Intel Korem Kol.Inf.Roy Hansen J.Sinaga. Serta Ketua Bidang Agama Sosial Budaya Forum Komunikasi Pencegahan Terorisme Provinsi Lampung Ust. Suparman Abdul Karim
Dalam sambutannya, M.Firsada mengatakan, penyebaran paham radikalisme di Provinsi Tapis saat ini, wajib diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat.
Menurut Firsada, paham-paham radikalisme itu, bertujuan menghancurkan ketentraman bangsa dan negara. Dan, indikasi penyebarannya masih banyak terjadi.
"Paham radikalisme, diduga masih ada dimasyarakat. Jika tidak kita sikapi sejak dini, maka dikhawatirkan, pedoman paham-paham sesat tersebut, bakal merusak ketentraman NKRI" terang Firsada.
“Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak berdiri dan tumbuh, telah mengalami berbagai gangguan dan ancaman yang bertujuan untuk memecah belah kesatuan bangsa. Mulai dari DI TII, PKI dan ancaman tersebut terus berencana mengganggu kedaulatan negara,” ucapnya
Firsada juga mencontohkan, belum lama ini, Lampung dikejutkan dengan keberadaan, Khilafatul Muslimin.
Urainya, Khilafatul Muslimin, eksistensinya telah diketahui sejak lama. Namun, dari tahun 1997, ternyata keberadaan organisasinya, tidak memiliki izin.
"Dalam dialog ini, juga menyikapi perkembangan organisasi kemasyarakatan. Dimana, status hukum dalam peran dan fungsinya dimasyarakat, harus jelas. Sehingga, eksistensinya senantiasa memunculkan positif thinking diberbagai kalangan," papar Firsada.
Di hadapan perwakilan 15 Ormas yang hadir sebagai undangan seperti, DPD Aliansi Indonesia Provinsi Lampung, Pemuda Panca Marga, Pecinta Tanah Air Indonesia, DPP Aspira, Fatayat NU, Pemuda Katolik, Perada, Basmi, Kampud, Perkasa, Mahasiswa Hindu, LMPP, Kabar Pintar, Geram Banten, dan Mapancas, Firsada mengajak semuanya untuk selalu berkomitmen pada 4 pilar kebangsaan, yaitu Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhinneka Tunggal Ika.
Kol.Inf.Roy Hansen J.Sinaga, ketika menyampaikan arahan, memaparkan, ada 3 hal penting sebagai acuan dalam pembahasan tema acara.
Kata Roy Hansen, pertama, meningkatkan Keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan YME, agar terhindar dari pengaruh ideologi-ideologi lain. Kedua, memanfaatkan Kemajuan teknologi yang menarik bagi generasi muda dan masyarakat. Dan yang Ketiga, 3, membumikan nilai-nilai Pancasila melalui pendidikan dan atau pembelajaran berkesinambungan yang berkelanjutan disemua lini dan wilayah.
“Sangat penting untuk menanamkan kesadaran terhadap potensi bahaya gangguan dari luar yang dapat merusak. Untuk itu, kepada semua lapisan masyarakat, tua dan muda untuk mempertahankan identitas tanah air serta meningkatkan ketahanan mental dan idiologi bangsa,” urainya
Senada disampaikan Ust. Suparman saat memberikan materi. Menurutnya, tidak ada agama manapun yang mengajarkan aksi-aksi teroris. Terorisme itu terbangun berdasarkan manipulasi dan distorsi pada ajaran agama. Lalu selalu mendompleng pada ajaran agama mayoritas.
“Kalau mayoritas agamanya muslim maka terorisnya mengatasnamakan Islam. Jika mayoritas beragama Hindu, kejadiannya seperti di India. Begitu pula seperti di Myanmar. Yang mayoritas beragama Budha ada yang membantai umat manusia, jadi dinamakan manipulasi dan distorsi agama. Sedangkan di New Zeland, umat muslim sedang menjalankan Sholat Jumat, tiba-tiba diberondong dengan senjata api. Lalu, mengatasnamakan agama Kristen,” jelas Suparman.
Ia menegaskan, bahwa tidak ada suatu agama manapun yang mengajarkan teroris. Karena pelakunya adalah manipulasi dan mendestorsi agama mayoritas di suatu wilayah tertentu.
Di sela acara, sebagai bentuk tanggapan dan responnya dalam pelaksanaan dialog, Ketua DPD Aliansi Indonesia Provinsi Lampung, Saifudin, yang didampingi Wakil Ketua, M. Bangkit Iskandar, Sekretaris, Muhsin MS, Kabid Koperasi, Waluyo serta Kabid Media dan Komunikasi, H. Susilo Sudarman, Saifudin ikut menambahkan, seluruh jajaran pengurus Aliansi Indonesia, sepenuhnya sangat antusias ikuti acara.
"Kegiatan seperti ini, sangat berguna sekali. Sebab, kita sebagai bagian dari elemen masyarakat, merasa terpanggil peran dan fungsi kami di masyarakat luas," tukas Saifudin.
Menurutnya, seluruh jajaran pengurus Aliansi Indonesia, siap mendukung seluruh program pemerintah dalam mengatasi dinamika penyebaran paham radikal dan terorisme yang hingga kini masih terjadi di masyarakat. Penyebaran paham radikalisme harus dicegah sejak dini.
"Mari kita saling bahu membahu, cegah tangkal masuknya paham-paham sesat dan berkembangnya terorisme di wilayahnya masing-masing. Dimulai dari keluarga, tetangga dan masyarakat. Segera laporkan kepada pamong dan pihak berwenang, jika menemukan adanya prilaku ganjil serta menyimpang dari koridor hukum yang berlaku," tegasnya
Di waktu yang bersamaan, Muchsin MS selaku Sekretaris DPD Aliansi Indonesia Provinsi Lampung, turut menambahkan. "Sejak resmi berdiri 2011 silam, Aliansi Indonesia sudah sangat berkesinambungan dengan program-program yang dikeluarkan pemerintah. Dan sesuai motto organisasi, mari bersama-sama kita stop dan cegah, Pungutan Liar, KKN , Terorisme dan Narkoba. Yang merupakan upaya dalam menyelamatkan aset negara, Menegakkan Keadilan dan Kebenaran, serta menjaga keutuhan negara tercinta ini," ucap Muhsin