Kamis, 08 Juni 2023 11:51

Aksi-aksi AS sulit cegah rekonsiliasi Timur Tengah

Luar Negeri

Menteri Luar Negeri AS Blinken sedang mengadakan kunjungan di Arab Saudi dari tanggal 6-8 Juni ini. Menyusul Direktur Badan Intelijen Pusat (CIA) AS William Burns pada April lalu dan Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan pada Mei lalu, ini merupakan kunjungan ke-3 yang dilakukan petinggi AS di Arab Saudi baru-baru ini. Mengapa para petinggi AS sibuk berkunjung ke Arab Saudi? Menurut Kantor Berita Reuters, AS berharap dapat menstabilkan hubungan sekutunya dengan Arab Saudi.

Pada hari kedatangan Blinken di Arab Saudi, terjadi dua peristiwa di Timur Tengah. Pertama, Kedutaan Besar Iran di Arab Saudi dibuka kembali. Hal ini merupakan sebuah kemajuan simbolis bagi hubungan bilateral setelah Arab Saudi dan Iran memulihkan hubungan diplomatiknya di bawah mediasi Tiongkok. Kedua, Putra Mahkota yang juga Perdana Menteri Arab Saudi Muhammad bin Salman Al-Saud bertemu dengan Presiden Venezuela Nicolás Maduro, dan kedua pihak menyatakan keinginannya untuk meningkatkan kerja sama di berbagai bidang di masa depan.

Sebagai bekas sekutu AS, Arab Saudi yang telah beberapa kali bertindak di luar rencana AS menunjukkan bahwa Timur Tengah kini perlahan-lahan mulai ‘terlepas dari’ AS. Menyusul pemulihan hubungan diplomatik Arab Saudi dengan Iran, kini Timur Tengah telah ‘berjabat tangan dan berdamai’. Mesir dan Turki meningkatkan hubungan diplomatiknya, Suriah kembali ke pangkuan Liga Arab, hubungan Iran dan Yordania kembali menghangat. Sebuah Timur Tengah yang bersatu kembali sedang terbentuk.

Saat ini AS perlu berpikir, mengapa situasi Timur Tengah berkembang hingga seperti saat ini. Usai Perang Dunia II, AS selalu menjadi kekuatan luar terbesar yang mempengaruhi situasi Timur Tengah. Demi memelihara hegemoninya, AS selalu membuat kekacauan dan menimbulkan provokasi di Timur Tengah, dan menjadi ‘Raja Penyabot’ nomor satu di kawasan Timur Tengah.

Di satu sisi, Timur Tengah sedang bersolidaritas untuk mengupayakan pembangunan mandirinya, di sisi lain, AS masih menganut pikiran lama yang tertarik untuk melakukan adu domba. Bahkan ada analis mengatakan, meskipun Biden telah muncul, ia juga tidak bisa berbuat apa-apa. ‘Gelombang rekonsiliasi’ di Timur Tengah telah membuktikan pandangan cendekiawan AS Gregory Gause, yakni bahwa zaman monopoli AS di Timur Tengah telah berakhir.

favorite 0 likes

question_answer 0 Updates

visibility 353 Views

Update
No Update Available
Related News
Buka situasi baru kerja sama dan menang bersama
Majalah Qiushi rilis artikel Xi Jinping
Leaders Talk: Wawancara khusus dengan Presiden Kongo (Brazzaville)
×