Minggu, 28 April 2024 10:29

Hanya dengan selesaikan masalah fundamental ini, hubungan Tiongkok-AS baru dapat benar-benar membaik

Luar Negeri

“Tiongkok gembira melihat AS yang percaya diri, terbuka, makmur dan berkembang, dan kami berharap AS juga dapat memandang positif perkembangan Tiongkok.”

Dalam pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri AS Blinken yang berkunjung ke Tiongkok hari Jumat lalu (26/4), Presiden Tiongkok Xi Jinping menekankan bahwa kedua negara harus menjadi mitra bukannya menjadi saingan; harus mendorong prestasi satu sama lain, bukannya saling menyakiti; harus mencari persamaan di tengah perbedaan, bukannya melakukan persaingan berbahaya; harus berbuat sesuai dengan komitmen, bukannya lain di mulut lain di aksi.

Blinken menegaskan kembali sejumlah komitmen politik terhadap Tiongkok dan menyatakan harapannya untuk memelihara komunikasi dengan Tiongkok, serta bersungguh-sungguh menerapkan Kesepahaman San Francisco yang dicapai oleh kedua kepala negara, mendorong hubungan AS-Tiongkok berkembang stabil.

Bagi hubungan Tiongkok-AS, pemahaman strategis, yaitu apakah Tiongkok dan AS harus menjadi mitra atau saingan, merupakan isu mendasar. Jika AS menganggap Tiongkok sebagai mitra kerja sama, kedua belah pihak akan mendapatkan keuntungan, dan dunia pun akan memiliki stabilitas dan kepastian yang lebih baik; jika AS selalu menganggap Tiongkok sebagai lawan utamanya, maka hubungan bilateral akan selalu bermasalah.

Sejak KTT Tiongkok-AS di San Francisco yang diadakan pada bulan November lalu, hubungan Tiongkok-AS secara umum kembali stabil dari kemerosotan yang sebelumnya, kedua pihak telah melakukan serangkaian dialog dan kerja sama di bidang diplomasi, ekonomi, perdagangan, penegakan hukum, pertanian, dan militer.

Kunjungan Blinken ke Tiongkok kali ini melanjutkan momentum pertukaran tingkat tinggi antara kedua negara. Kali ini, kedua pihak mencapai "Konsensus Lima Poin", termasuk terus melakukan pertukaran militer antara kedua negara, lebih lanjut mendorong kerja sama Tiongkok-AS dalam bidang anti narkoba, perubahan iklim, dan kecerdasan buatan, serta memperluas hubungan antar masyarakat kedua negara.

Selain itu, meskipun hubungan Tiongkok-AS telah membaik, tapi faktor-faktor negatif juga meningkat. Mulai dari sering munculnya gembar-gembor “kelebihan kapasitas produksi” energi baru Tiongkok, hingga diluluskannya rancangan undang-undang bantuan luar negeri yang melibatkan Taiwan Tiongkok; dari memfitnah hak asasi manusia di Xinjiang, hingga membentuk “lingkaran kecil” di kawasan Asia Pasifik untuk menghambat Tiongkok, AS telah berturut-turut melakukan tindakan yang memberikan dampak negatif pada hubungan Tiongkok-AS.

Dunia mencatat bahwa dalam beberapa tahun terakhir, isu pemahaman strategis selalu dibahas dalam setiap kontak tingkat tinggi yang diadakan antara Tiongkok dan AS.

Dalam KTT Tiongkok dan AS di San Francisco, Presiden Xi Jinping mengusulkan untuk bersama-sama membangun "lima pilar" hubungan Tiongkok-AS. Pilar pertama adalah bersama-sama membangun pemahaman yang benar.

Belum lama ini, saat berbincang-bincang dengan Presiden AS Biden melalui telepon, Presiden Xi menegaskan bahwa isu pemahaman strategis selalu menjadi “kancing baju pertama” yang harus dikancing dengan baik dalam hubungan Tiongkok-AS.

Selama kunjungan Blinken di Tiongkok, Tiongkok menekankan bahwa Tiongkok adalah negara sosialis yang menganut jalur pembangunan damai, logika persaingan negara besar demi hegemoni, zero-sum Game dan mentalitas perang dingin tidak ada dalam DNA maupun perilaku Tiongkok.

Hal-hal tersebut mengeluarkan sinyal yang jelas, tujuan pembangunan Tiongkok adalah untuk membuat rakyatnya menjalani kehidupan yang baik, bukan untuk menggantikan AS.

Selain itu, Tiongkok selalu memandang hubungan Tiongkok-AS dari sudut pandang menjaga kesejahteraan dasar kedua bangsa serta menjaga perdamaian dan stabilitas dunia, oleh karena itu, Tiongkok selalu menganjurkan untuk saling menghormati, hidup berdampingan secara damai, dan kerja sama yang saling menguntungkan.

“Bumi ini dapat memuat Tiongkok dan AS.” “Keberhasilan Tiongkok dan AS merupakan peluang bagi satu sama lain.” “Tiongkok bersedia bekerja sama, namun kerja sama itu harus bersifat dua arah. Kami tidak takut dengan persaingan, namun persaingan harus mengutamakan kemajuan bersama, bukannya permainan zero-sum.”

Selama kunjungan Blinken di Tiongkok, Tiongkok sekali lagi mendesak AS untuk berpikir secara mendasar mengenai posisi hubungan Tiongkok-AS, meminta AS untuk berhenti mempersenjatai Taiwan, dan menekankan bahwa hak pembangunan rakyat Tiongkok tidak dapat dirampas.

Saat ini, momentum kestabilan hubungan Tiongkok-AS sulit dicapai dan disambut baik oleh semua lapisan masyarakat di kedua negara dan komunitas internasional.

Kedua pihak perlu terus bekerja keras untuk mewujudkan "Visi San Francisco" dan mendorong hubungan Tiongkok-AS benar-benar menjadi stabil, membaik dan maju. Bagi AS, memperbaiki kesalahpahamannya terhadap Tiongkok dan memandang perkembangan Tiongkok dengan benar selalu menjadi “kancing baju pertama” yang harus dikancingkan dengan baik.

favorite 0 likes

question_answer 0 Updates

visibility 277 Views

Update
No Update Available
Related News
Ahli Hukum Internasional Inggris jelaskan asal usul perselisihan LTS
Pengembangan industri EV Indonesia, bercermin dari pengalaman Tiongkok?
Kunjungan Presiden Xi ke tiga negara Eropa tunjukkan tanggung jawab diplomasi dan karisma seorang pemimpin negara
×