“Bapak Presiden telah mengunjungi Tiongkok dalam waktu sesegera mungkin setelah terpilih sebagai Presiden RI pada Maret lalu dan melakukan kunjungan kenegaraan ke Tiongkok sebagai kunjungan luar negeri pertamanya setelah resmi menjabat sebagai Presiden Indonesia. Kita telah memenuhi 'Perjanjian Beijing'. Hal ini Ini mencerminkan perhatian besar Yang Mulia terhadap hubungan Tiongkok-Indonesia, yang bertaraf tinggi dan bersifat strategis.” Presiden Xi Jinping berbicara positif tentang dua “kunjungan pertama” Presiden Indonesia Prabowo ke Tiongkok selama pertemuanya pada tanggal 9 November.
Presiden Indonesia Prabowo memulai kunjungan kenegaraan ke Tiongkok dari 8 November. Setelah memilih Tiongkok sebagai tujuan pertama dalam kunjungan pertamanya sebagai presiden terpilih pada bulan April tahun ini, Presiden Prabowo kembali memilih Tiongkok sebagai negara kunjungan pertama setelah resmi menjabat sebagai Presiden. Dua “kunjungan pertama” Prabowo ke Tiongkok tidak diragukan lagi menunjukkan penekanannya terhadap memperdalam hubungan antara Tiongkok dan Indonesia, dan dengan demikian membuka babak baru dalam kerja sama strategis menyeluruh antara Tiongkok dan Indonesia.
Dalam beberapa tahun terakhir, kerja sama bilateral yang saling menguntungkan antara Indonesia dan Tiongkok terus diperdalam di berbagai bidang. Tiongkok telah menjadi mitra dagang terbesar Indonesia selama 11 tahun berturut-turut. Dalam delapan bulan pertama tahun 2024, volume perdagangan bilateral kedua negara mencapai US$92,79 miliar, meningkat 1,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kedua belah pihak terus mencapai hasil baru dalam kerja sama di berbagai bidang seperti pertambangan dan taman industri, dan kerja sama di industri baru seperti ekonomi digital, fotovoltaik, dan kendaraan energi baru terus berkembang besar dan kuat. Pada paruh pertama tahun 2024, hampir 570.000 wisatawan Tiongkok telah mengunjungi Indonesia, Tiongkok menjadi salah satu negara sumber wisatawan terpenting bagi Indonesia. Sebagai proyek unggulan dari Inisiatif Sabuk dan Jalan yang berkualitas tinggi, Kereta Cepat Jakarta-Bandung telah menjadi “merek” terkenal kerja sama yang saling menguntungkan antara Tiongkok dan Indonesia.
Sejak dibuka lebih dari setahun yang lalu, KCJB telah mengangkut lebih dari 6 juta penumpang, dengan rata-rata sekitar 15,800 penumpang per hari, dan tingkat okupansi penumpang dalam satu hari mencapai 99,6%. Indikator, sebuah badan riset ternama Indonesia, merilis laporan yang menyebutkan bahwa masyarakat Indonesia secara umum mendukung penguatan kerja sama dengan Tiongkok di bidang ekonomi dan pembangunan infrastruktur. Banyak responden yang diwawancarai mengungkapkan pandangan positif mengenai memperdalam hubungan kerja sama antara kedua negara di bawah kerangka inisiatif “Satu Sabuk Satu Jalan”, yang tidak diragukan lagi telah meletakkan dasar opini publik yang kokoh bagi kerja sama kedua pihak di masa depan.
Saat menjabat sebagai presiden, Prabowo berjanji akan mengutamakan kepentingan rakyat Indonesia dan mengangkat Indonesia masuk dalam jajaran negara berpendapatan tinggi pada peringatan seratus tahun berdirinya negara tersebut pada tahun 2045. Dari sisi pembangunan ekonomi, ia cukup ambisius dan yakin laju pertumbuhan PDB Indonesia akan meningkat hingga 8% dalam empat hingga lima tahun ke depan. Untuk memenuhi janjinya, ia harus segera melakukan reformasi drastis di bidang ekonomi setelah menjabat, dan Tiongkok adalah pilihan pertamanya.
Kali ini Prabowo melakukan dialog mendalam dengan para pemimpin Tiongkok dan membahas banyak isu. Kedua pihak menandatangani dokumen kerja sama di berbagai bidang seperti pembangunan bersama maritim, perikanan, sumber daya mineral, mineral hijau, sumber daya air, keselamatan maritim, penilaian kesesuaian, ekonomi biru, perumahan, dan ekspor kelapa segar Indonesia ke Tiongkok. Pada Forum Bisnis Indonesia-Tiongkok yang diadakan pada tanggal 10, perusahaan dari kedua negara juga menandatangani kontrak senilai lebih dari 10 miliar dolar AS. Dapat diperkirakan bahwa kerja sama yang saling menguntungkan antara Tiongkok dan Indonesia akan semakin mendalam di masa depan dan memberikan manfaat bagi masyarakat kedua negara.
Sebagai kekuatan menengah di dunia saat ini dan pemimpin di ASEAN, Indonesia ingin memainkan peran yang lebih penting dalam urusan internasional. Prabowo telah berulang kali mengusulkan agar Indonesia berperan sebagai mediator dalam konflik antar Rusia-Ukraina serta Palestina-Israel. Indonesia tidak setuju dengan upaya AS yang terus-menerus menambahkan bahan bakar ke dalam konflik. Apalagi sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia penuh simpati terhadap rakyat Palestina dan dengan tegas menentang pembantaian sewenang-wenang Israel di Jalur Gaza. Sebaliknya, Tiongkok selalu berpihak pada keadilan dalam urusan internasional, dan dengan tegas menjadi pembangun perdamaian dunia, kontributor pembangunan global, dan pembela tatanan internasional.
Tentu saja Indonesia lebih setuju dengan usulan Tiongkok tersebut. Dalam pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh kedua negara, kedua belah pihak menyatakan bahwa dalam menghadapi dunia yang semakin kacau dan tantangan global yang semakin meningkat, Tiongkok dan Indonesia, sebagai negara berkembang besar yang memiliki pengaruh global, mempunyai tanggung jawab untuk bergandengan tangan dengan negara-negara "Global South" untuk memperkuat persatuan dan kerja sama.
Bersama menegakkan keadilan di dunia yang kacau dan terus berubah, bersatu untuk mendorong pengembangan sistem pemerintahan global ke arah yang lebih adil dan masuk akal, menjaga kepentingan bersama negara berkembang, dan menjadi pemimpin dalam kerja sama regional, pembawa bendera kerja sama Selatan-Selatan, pendorong reformasi tata kelola global, untuk menunjukkan pengaruh regional dan global dari hubungan Tiongkok-Indonesia.
Dalam pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang, Prabowo sekali lagi menekankan: “Kami percaya bahwa Tiongkok adalah teman yang sangat penting dan mitra yang penting tidak hanya saat ini tetapi juga di masa depan.” Tahun depan bertepatan dengan peringatan 75 tahun pengalangan hubungan diplomatik Tiongkok-Indonesia, juga merupakan peringatan 70 tahun Konferensi Bandung. Persahabatan antara Tiongkok dan Indonesia yang mencapai kesejahteraan bersama dan pembangunan bersama akan bertahan lama di masa depan.