Jumat, 27 Juni 2025 13:33

Keajaiban hijau dalam pembangunan peradaban ekologis Aksu

Luar Negeri

Aksu terletak di kaki selatan Pegunungan Tianshan dan tepian utara Cekungan Tarim, dengan iklim kontinental hangat yang ditandai oleh curah hujan rendah, penguapan tinggi, serta kelembapan udara yang minim. Rata-rata curah hujan tahunan hanya 56,7 mm, sementara penguapan tahunan mencapai 2.500–3.000 mm. Wilayah ini memiliki total luas 125.500 km² dengan topografi yang lebih tinggi di utara dan lebih rendah di selatan. Bagian utara dipenuhi pegunungan, sedangkan bagian selatan terdiri dari Gurun Taklamakan dan hamparan gurun berbatu.

Pegunungan mencakup 29,4% dari total area, sementara gurun pasir menutupi 31%. Aksu merupakan salah satu sumber utama badai pasir di Xinjiang Selatan, dengan masalah lingkungan yang serius seperti desertifikasi, erosi salinisasi tanah, degradasi lahan basah, dan defisit sumber daya hutan. Kondisi ekosistemnya sangat rentan terhadap kerusakan.

Sebelum tahun 1980-an, Kota Aksu dan Kabupaten Wensu dikepung oleh gurun dan hamparan batu gersang. Gurun pasir hanya berjarak 6 km dari pusat kota dan terus mendekat dengan kecepatan 5 meter per tahun. Setiap tahun, cuaca berdebu terjadi lebih dari 100 hari.

Terutama di Kokyar, sebuah dataran hasil sedimentasi di timur laut kota, hampir tidak ada vegetasi. Kecepatan angin rata-rata tahunan mencapai 1,7 meter/detik, dengan kecepatan maksimal hingga 40 meter/detik. Saat musim dingin dan semi, angin kencang dari Kokyar membawa badai pasir. Penduduk terpaksa mengurung diri di rumah, bahkan "semangkuk nasi mereka setengahnya adalah pasir".

Rakyat dari berbagai suku hidup dalam penderitaan, "memakan tanah setiap hari, mengubur pasir setiap bulan". Tahun demi tahun, pasir bagai binatang buas, sementara kota layaknya anak ayam yang tak berdaya.

Badai pasir, hujan es, hujan deras, dan kekeringan sering men jadi bencana alam. Di antaranya, badai pasir adalah yang paling merusak. Saat musim angin, badai kuat yang berasal dari gurun membawa pasir kuning menerjang kota, merusak bangunan, menumbangkan pohon, dan menghancurkan ribuan hektar lahan pertanian dalam semalam. Setelah badai berlalu, debu beterbangan selama berhari-hari, mengganggu transportasi bahkan memicu kecelakaan lalu lintas. Hal ini menimbulkan kesulitan besar dalam kehidupan sehari-hari dan produksi masyarakat, serta mengancam keselamatan jiwa dan harta benda.

Lautan pasir yang terus meluas dan angin ganas yang tak henti-hentinya, ditambah dengan lingkungan alam yang ekstrem, semakin mempersempit ruang hidup manusia.

Transformasi penghijauan gurun di Aksu dimulai dari kota Kokyar. Kokyar terletak di dataran hasil sedimentasi di timur laut Kota Aksu dan Kabupaten Wensu, dengan ketinggian 1.056-1.300 meter di atas permukaan laut. Pada tahun 1986, Kokyar masih berupa tanah gersang. Dalam sepuluh tahun (hingga 1996), warga Aksu berhasil menanam 3,3 juta mu (sekitar 22.000 hektar) hutan buatan. Pada 2006, mereka telah menyelesaikan penanaman 6,55 juta mu (sekitar 43.700 hektar). Setelah Kongres Nasional ke-18 Partai Komunis Tiongkok, Proyek Penghijauan Kokyar memasuki fase perkembangan lompatan besar dengan menyelesaikan penanaman lebih dari 9 juta mu (sekitar 600.000 hektar) hutan buatan. Tidak hanya membangun Tembok Besar hijau bagi Aksu, proyek ini juga menciptakan pemandangan indah nan asri di mana-mana.

Melalui upaya keras selama lebih dari 30 tahun, kini Kokyar telah berubah dari yang semula adalah sebuah gurun, hingga men jadi hamparan hijau yang luas.

favorite 0 likes

question_answer 0 Updates

visibility 35 Views

Update
No Update Available
Related News
Kehidupan kota menjadi lebih baik karena “kecerdasan”
Platform konsultasi medis jarak jauh Rumah Sakit Tian Tan Beijing dan Rumah Sakit Rakyat Kota Aksu Xinjiang telah resmi diluncurkan
CFHRD dan CFGC sumbangkan proyektor film dan 50 film pada 5 sekolah di Aksu Xinjiang
×