Pada 22 September 2020, di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB, Presiden Tiongkok Xi Jinping mengumumkan komitmen Tiongkok untuk mencapai puncak emisi karbon sebelum 2030, dan neutral carbon sebelum 2060.
Ini adalah pertama kalinya Tiongkok merinci jadwal realisasi neutral carbon. Hal ini dilakukan Tiongkok demi mendorong pembangunan berkelanjutan dunia. Dari pencapaian puncak emisi karbon hingga target nol karbon, rentang waktu yang dijanjikan Tiongkok hanya separoh lamanya jika dibanding komitmen negara-negara maju seperti Jerman dan Inggris.
Dalam waktu lima tahun terakhir, Tiongkok telah mencapai hasil signifikan dalam perbaikan mutu lingkungan. Pada 2019 emisi karbon dioksida per unit PDB Tiongkok menurun 48,1 persen dibanding 2005, melampaui target pengurangan emisi karbon yang semula dijadwalkan pada 2020. Sementara itu, Tiongkok adalah negara investor terbesar di bidang energi terbarukan di dunia.
Tiongkok dengan aktif mendorong transformasi industri rendah karbon dan bersih. Hingga saat ini Tiongkok telah melakukan kerja sama dengan seratus lebih negara di bidang energi. Selain itu, Tiongkok juga aktif berpartisipasi dalam pembenahan energi multilateral, dan terlebih dulu meratifikasi konvensi keanekaragaman hayati. Ketua Konferensi Perubahan Iklim PBB 2019, Carolina Schmidt memuji Tiongkok berperan penting dalam pelaksanaan Perjanjian Paris, pendorongan pencapaian kesepahaman antar negara serta penyelesaian masalah perubahan iklim dunia.
Menurut Repelita ke-14, dalam lima tahun ke depan, Tiongkok akan mengalami perubahan signifikan dalam perbaikan pola hidup dan produksi, dengan emisi polutan utama akan terus dikurangi. Sampai 2035, emisi karbon Tiongkok akan mencapai puncak dan mulai menurun. Sampai waktunya ekosistem Tiongkok akan mengalami perbaikan fundamental, target pembangunan Tiongkok yang indah akan terwujud pada pokoknya. Dapat dipercaya, Tiongkok akan terus menggenjot pembangunan ekonomi dan sosial yang ramah lingkungan, setapak demi setapak mewujudkan target penanganan perubahan iklim.
