Rabu, 24 Pebruari 2021 03:44

Abaikan risiko wabah, AS terjerumus malapetaka HAM

Covid-19

CDC AS baru-baru ini mengeluarkan laporan mengenai umur harapan hidup orang AS. Laporan menunjukkan, pada paro pertama tahun 2020, umur harapan hidup orang AS menurun satu tahun yakni menurun dari 78,8 tahun pada tahun 2019 menjadi 77,8 tahun sekarang. Laporan mengatakan, Kematian dari wabah virus corona adalah sebab utama yang mengakibatkan menurunnya umur harapan hidup orang AS.

Catatan, jumlah populasi AS hanya mencapai 4 persen populasi total dunia, tapi jumlah kasus meninggal covid-19 mencapai 20 persen jumlah total kasus meninggal seluruh dunia. Hingga 22 Februari lalu, data statistik dari JHU menunjukkan, jumlah kasus meninggal covid-19 AS telah mencapai 500.201 orang.

Tak pelak lagi, ini disebabkan kelalaian pemerintah AS yang tidak mengambil tindakan kuat dalam perlawanan wabah, ini bukan bencana alam, tapi malapetaka buatan manusia. Mantan pemerintah Donald Trump harus bertanggung jawab bagi ini. Meninggalnya 500.000 orang lebih banyak dari pada jumlah total tentara AS yang korban dalam Perang Dunia ke-2. Ini sama sekali adalah malapetaka HAM, susah membayangkan begitu banyak orang tewas pada era damai.

Menengok kembali seluruh proses perkembangan, kita dapat melihat, pada awal penyebaran wabah, pemerintah Donald Trump begitu mengabaikan wabah virus corona, kemudian penanganannya betapa kacau. Trump mengumumkan wabah virus corona hanya adalah flu besar. Pada masalah apakah memakai masker, dia memberikan contoh yang jelek.

Menghadapi memburuknya terus situasi wabah, Trump tidak dengan sekuat tenaga mengambil tindakan pengendalian melainkan mencoba mencari kambing hitam, terus mempolitisasikan masalah wabah, mencari dalih dan menimpakan kesalahan. Bahkan pemerintah Trump mengundurkan diri dari WHO, mengelakkan diri dari kerja sama seluruh dunia dalam perlawanan wabah.

Selain itu, saat wabah merajalela, pemerintah AS terlalu mengejar pemulihan aktivitas ekonomi, memperlonggar standar pengendalian wabah , sehingga situasi wabah di AS memburuk terus. Maka, Washington Pos mengomentari, di AS, wabah virus corona telah menjadi “pembantaian massal” yang sah.

HAM terpenting adalah hak jiwa manusia. Barat yang dikepalai AS selalu menyebut dirinya sebagai pembela HAM. Wabah virus corona membuat kita melihat muka yang jelek dan asli mereka.

Dalam laporan CDC, ditemukan satu masalah lagi alias diskriminasi ras. Laporan menunjukkan, pada paro pertama tahun 2020, umur harapan hidup orang kulit putih AS berkurang 0,8 tahun, sedangkan umur harapan hidup keturunan Amerika Latin berkurang 1,9 tahun, umur harapan hidup keturunan Afrika berkurang 2,7 tahun.

Angka ini tidak saja mencerminkan banyak warga AS keturunan Amerika Latin dan Afrika selain tidak mendapat jaminan pengobatan dan ekonomi yang bermutu, juga sesuai dengan sejumlah angka CDC sebelumnya yakni indeks terinfeksi dan indeks kematian di permukiman etnis Afrika merupakan tiga kali lipat dan enam kali lipat lebih banyak dibandingkan orang kulit putih.

Pada Mei tahun lalu, laporan media AS menunjukkan, etnis Afrika yang mencapai 13,2 persen jumlah total populasi AS mencapai 22,4 persen jumlah total kasus kematian virus corona AS, sedangkan orang kulit putih yang mencapai 62,1 persen hanya menempati 52,3 persen jumlah total kasus virus corona.

Pengabaian HAM, diskriminasi ras, kesenjangan antara yang kaya dengan yang miskin, banyak angka menunjukkan, wabah virus corona membuat HAM yang dinikmati rakyat AS semakin memburuk. Wabah justru seperti satu cermin, dia mencerminkan kekejaman riil, juga mencerminkan tampan sejumlah politikus Barat yang munafik.

favorite 0 likes

question_answer 0 Updates

visibility 310 Views

Update
No Update Available
Related News
Kemanjuran dan keamanan vaksin buatan Tiongkok tak boleh dimungkiri
AS maling teriak maling?
Beberapa negara yang tuntut Tiongkok untuk ‘Terbuka’ malah batasi warga Tiongkok masuki wilayahnya
×