Minggu, 19 September 2021 20:47

Aliansi AUKUS akan buka kotak pandora dengan tantangi Bottom Line Non-Proliferasi senjata nuklir

Luar Negeri

Baru-baru ini, Amerika Serikat, Inggris dan Australia yang selalu berlagak sebagai “pemelihara peraturan internasional”, menyepakati pembentukan aliansi pertahanan terbaru, alias Aukus. Menurut kesepakatan, AS akan mengeksor kapal selam bertenaga nuklir kepada Angkatan Laut Australia. Tanpa keraguan, tindakan AUKUS ini akan dengan serius mengancam mekanisme non-proliferasi nuklir internasional yang memainkan peranan penting untuk pemeliharaan perdamaian dan stabilitas dunia.

Sejak Perang Dunia II, bayangan perang nuklir sudah lama menyelimuti umat manusia. Justru karena memahami konsekuensi yang memusnahkan dari perang nuklir, komunitas internasional berusaha untuk mencapai dan mendorong berlakunya Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) pada tahun 1970. Terhitung sampai tahun 2010, jumlah penandatangan NPT telah mencapai 189 anggota. Perjanjian ini juga menjadi landasan perlucutan senjata nuklir dan sistem non-proliferasi nuklir bagi masyarakat internasional.

Oleh karena itu, perjanjian AUKUS mengenai kapal selam bertenaga nuklir ini berarti AS akan mengekspor teknologi nuklir kepda Australia yang tidak memiliki senjata nuklir. Menanggapi hal tersebut, Perdana Menteri Australia Scott Morrison bersilat lidah bahwa Australia tidak berniat memiliki bom atom dan akan memenuhi komitmen terhadap NPT. Namun menurut laporan Harian Le Figaro Prancis, biarpun tidak dilengkapi rudal balistik, kapal perang Australia yang menggunakan reaktor nuklir AS atau Inggris sebagai tenaga propulsi patut diwaspadai. Karena kedua negara ini menggunakan uranium yang sangat diperkaya dalam reaktor nuklir kapal, konsentrasi uranium 235 setinggi 90% lebih yang sudah mencapai tingkat untuk produksi senjata nuklir. Sebenarnya, mulai dari tahun 1992, bahan bakar untuk kapal selam Angkatan Laut AS batch terbaru semuanya diproduksi dari stok senjata nuklir daur ulang.

Tidak heran ahli-ahli pengontrolan senjata nuklir AS berpendapat bahwa, ini adalah preseden yang mengerikan, akan memberikan inspirasi buruk bagi negara-negara yang hendak mengembangkan senjata nuklir. Tindakan ini sepertinya telah membuka Kotak Pandora, dan harus mengundang kewapadaan seluruh dunia!

Pertama, mekanisme non-proliferasi nuklir internasional yang berintikan dengan NPT secara ketat mengontrol teknologi nuklir militer yang akan menimbulkan korban jiwa yang tak terbayangkan, dan terkait dengan keamanan global. Sebagai pengetahuan umum, masalah pencegahan non-proliferasi nuklir juga adalah inti masalah nuklir Semenangjung Korea dan Iran. AS dan Inggris yang tidak memedulikan bahaya proliferasi teknologi nuklir, membantu negara-negara non-nuklir memperoleh kapal selam bertenaga nuklir, secara terang-benderang melanggar mekanisme non-proliferasi nuklir internasional, dan telah memberikan contoh yang jelek bagi penyelesaian masalah nuklir Semenangjung Korea dan Iran.

Kedua, tindakan ini akan menyebarluaskan bahan fisi yang dapat digunakan untuk membuat senjata nuklir. Karena Traktat Non-Proliferasi Senjata Nuklir menetapkan bahwa negara-negara penandatangan tidak diizinkan menyediakan bahan fisi khusus kepada negara non-senjata nuklir mana pun kecuali mereka terikat oleh berbagai langkah penjaminan. Karena bahan nuklir yang digunakan oleh kapal selam bertenaga nuklir terkait dengan penggunaan militer, maka Badan Tenaga Atom Internasional tidak berhak untuk mengawasinya. Ini secara objektif menciptakan kondisi untuk Australia memproduksi senjata nuklir. Sebagai informasi, Australia pernah memiliki rencana pembuatan bom atom dalam sejarah, dan uji coba nuklir pertama Inggris dilakukan di Australia.

Ketiga, AS, Inggris dan Australia semuanya telah menandatangani NPT, dan sejak lama berupaya mencegah negara lain untuk memiliki kemampuan nuklir, namun sekarang AS dan Inggris secara terbuka “memberikan lampu hijau” kepada sekutunya untuk memiliki teknologi nuklir militer, ini adalah standar ganda terang-terangan.

Keempat, aliansi AUKUS yang baru dibentuk ini berkoar bertujuan mendorong “perdamaian kawasan Indo-Pasifik” dan “tidak ditujukan kepada negara ketiga”, namun mereka mentransfer teknologi kapal selam betenaga nuklir yang sangat sensitif, sehingga meningkatkan risiko perlombaan senjata di kawasan tersebut. Sejumlah media asing menganalisa bahwa tindakan AUKUS tersebut ditujukan kepada Tiongkok, mungkin akan meruncingkan konfrontasi kekuatan di kawasan ini. Yang jelas ialah, “kelompok kecil” ini akan menjadi ancaman besar bagi perdamaian dan stabilitas regional.

Yang harus diwaspadai oleh masyarakat internasional ialah tindakan AUKUS ini mungkin akan membuka Kotak Pandora di bidang nuklir. Coba bayangkan, andaikata Tiongkok atau Rusia bertindak seperti ini, negara-negara Barat mutlak tidak akan diam-diam dan pasti akan mengecamnya dengan tuduhan bermacam-macam, seperti "merusak tatanan perdamaian internasional",tuduhan "merusak perdamaian" dan "biang keladi perang".

Kami masih ingat pendirian yang dipertahankan AS dalam masalah nuklir Iran dan Semenanjung Korea, namun sekarang pendirian mereka sudah dibantah oleh apa yang dibuat AUKUS. Saat ini yang dikhawatirkan masyarakat internasional ialah setelah pintu ini dibuka, perlombaan senjata nuklir global mungkin tak terelakkan di masa depan, dan roh perang nuklir akan dibangkitkan oleh AS lagi! Sekilas sudah jelas siapa perusak ketertiban internasional dan siapalah "perusak perdamaian". Perilaku semacam ini yang sama sekali tidak bertanggung jawab terhadap kasa depan seluruh umat manusia harus dikutuk oleh komunitas internasional.

favorite 0 likes

question_answer 0 Updates

visibility 170 Views

Update
No Update Available
Related News
WawancaraeEksklusif Presiden Sierra Leone Julius Maada Bio oleh CMG
Xi Jinping berharap para anggota MPPR aktif berikan masukan untuk dorong pembangunan modernisasi ala Tiongkok
Xi Jinping tulis mukadimah untuk buku pelajaran kursus pelatihan kader seluruh Tiongkok kelompok ke-6
×