Rabu, 08 Desember 2021 09:13

‘Demokrasi ala AS’ yang berlumuran darah

Luar Negeri

Amerika Serikat selalu mendorong demokrasi ala AS dengan kedok ‘melindungi hak asasi manusia’. Akan tetapi, membanjirnya senjata di AS dari waktu ke waktu mengancam HAM pokok setiap warga AS, dan telah menjadi luka yang tak dapat sembuh di bawah sistem demokrasi AS.

Menurut statistik, di dunia, AS adalah negara yang memiliki senjata terbanyak dengan jumlah kurang lebih 393 juta pucuk, tapi hingga saat ini, negeri ini tetap memberlakukan hukum yang paling lemah terkait kepemilikan senjata. Probabilitas warga AS mengalami serangan senjata adalah 25 kali lipat dari warga negara lain yang berpenghasilan tinggi. Hampir setiap warga AS mengenal sedikitnya satu korban kekerasan senjata di sepanjang hidupnya.

Bukankah AS selalu berlagak seperti ‘pembela HAM’ dan ‘mercusuar demokrasi’? Mengapa pemerintah AS terus berpangku tangan melihat begitu banyak nyawa tak berdosa direnggut dalam kekerasan senjata itu?

Sulitnya UU Kepemilikan senjata diluluskan di AS adalah salah satu sebab langsungnya, dan hal itu dikarenakan masalah sistem politik dan tata hukum AS yang menumpuk sejak lama. Amandemen kedua Konstitusi AS memberikan ketetapan yang ambigu terkait kepemilikan senjata, dan dikokohkan oleh para pendukung kepemilikan senjata sebagai dasar hukum yang mengizinkan kepemilikan senjata oleh warga AS. Hal itu sungguh sulit digoyahkan.

Selain itu, pemerintah federal dan pemerintah daerah berselisih pendapat mengenai kepemilikan senjata oleh warga, bahkan sering kali saling berlawanan. Ditambah lagi pertarungan politik antara Partai Demokrasi dan Partai Republik, keadaannya menjadi semakin buruk.

Dalam masalah pengontrolan kepemilikan senjata, politik uang juga berfungsi sangat buruk. Asosiasi Senapan Nasional AS alias NRA adalah organisasi pendukung kepemilikan senjata terbesar di AS, dengan anggotanya melebihi 5 juta orang. Dengan uang yang banyak, NRA selalu memainkan pengaruh yang penting dalam pemilihan presiden dan pemilihan umum Kongres, bahkan pengaruhnya juga terasa dalam pelantikan Hakim Ketua Mahkamah Agung.

Dari hal itu terjadilah kenyataan yang mengerikan, nyawa tak berdosa terus jatuh di bawah todongan senjata, dan seruan masyarakat AS tentang pengontrolan senjata semakin gencar, namun para politikus selalu bersikap acuh tak acuh, bahkan terus menyulitkan penyelesaian masalah. Dari masalah pengontrolan kepemilikan senjata terungkaplah betapa buruknya demokrasi ala AS.

favorite 0 likes

question_answer 0 Updates

visibility 301 Views

Update
No Update Available
Related News
Xi Jinping memimpin simposium mengenai pendorongan pembangunan Tiongkok barat di era baru
Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri Tiongkok
Xi Jinping inspeksi Taman Pusat Logistik Internasional Chongqing
×