Penulis: Harryanto Aryodiguno, Ph.D
Pidato Tahun Baru Presiden Tiongkok Xi Jinping menjelang 2025 bukan sekadar ulasan pencapaian nasional. Lebih dari itu, pidato ini mencerminkan warisan filosofi tradisional Tiongkok, yaitu Tianxia dan Konfusianisme, yang diadaptasi untuk menghadapi tantangan global abad ke-21. Konsep ini menegaskan Tiongkok sebagai pemimpin yang tidak hanya berorientasi pada kekuatan ekonomi, tetapi juga pada tanggung jawab moral dunia.
Tianxia: Harmoni Global dalam Diplomasi Modern
Tianxia (天下), yang berarti “segala sesuatu di bawah langit,” adalah konsep inklusif yang menekankan harmoni dan keterkaitan antara negara-negara. Dalam pidatonya, Xi Jinping menyoroti beberapa aspek yang mencerminkan prinsip ini:
1. “Menjadi Praktisi Persahabatan dan Kerja Sama”
Xi menegaskan bahwa Tiongkok bersedia bekerja sama dengan berbagai negara untuk menciptakan masa depan dunia yang lebih baik. Pernyataan ini sejalan dengan esensi Tianxia, yang memandang dunia sebagai satu komunitas dengan nasib yang saling terhubung. Ini selaras dengan konsep “komunitas senasib sepenanggungan” (community with a shared future for mankind) yang menjadi landasan diplomasi Tiongkok modern.
2. “Mendorong Transformasi Tata Kelola Global”
Dalam Tianxia, pemimpin ideal memiliki tanggung jawab untuk memelihara keadilan dan harmoni di tingkat global. Komitmen Tiongkok untuk mendorong tata kelola global yang lebih adil menunjukkan penerapan modern dari konsep ini. Upaya ini mencakup transformasi sistem ekonomi dunia dan penguatan solidaritas dengan negara berkembang.
3. “Solidaritas dan Kerja Sama Selatan Global”
Xi juga menyoroti pentingnya kerja sama dengan negara-negara berkembang melalui inisiatif seperti Belt and Road Initiative (BRI). Solidaritas ini mencerminkan prinsip bahwa Tianxia mencakup semua negara, terlepas dari kekuatan atau kekayaannya. Tiongkok bertindak sebagai pemimpin moral dengan mengedepankan kerja sama saling menguntungkan.
Konfusianisme: Kebajikan dalam Kepemimpinan
Nilai-nilai Konfusianisme, seperti harmoni, moralitas, dan kesejahteraan rakyat, juga menjadi dasar kebijakan domestik dan internasional Tiongkok. Hal ini tercermin dalam beberapa poin pidato Xi Jinping:
1. “Membuat Rakyat Hidup Bahagia Adalah Urusan yang Paling Penting”
Konfusianisme mengajarkan bahwa kebahagiaan rakyat adalah tujuan utama pemerintahan. Xi menegaskan komitmen Tiongkok untuk meningkatkan kesejahteraan sosial, mencerminkan peran pemerintah sebagai pelayan rakyat.
2. “Meningkatkan Kehidupan Rakyat dan Rasa Perolehan”
Konsep De (德, kebajikan) dalam Konfusianisme menekankan bahwa pemimpin harus bermoral dan adil. Xi menyoroti pencapaian seperti swasembada pangan dan pertumbuhan ekonomi untuk menunjukkan bagaimana kebijakan Tiongkok mencerminkan kebajikan ini.
3. “Menghapuskan Perselisihan dan Memperhatikan Nasib Umat Manusia”
Konfusianisme juga menekankan pentingnya harmoni (he, 和) dalam menyelesaikan konflik. Xi menyoroti perlunya kolaborasi global untuk mengatasi tantangan besar dunia, seperti perubahan iklim dan ketidakstabilan geopolitik.
Harmoni dalam Kebijakan Ekonomi dan Sosial
Pencapaian Tiongkok yang disebutkan dalam pidato Xi, seperti PDB yang melampaui 130 triliun yuan, produksi pangan 1,4 triliun kati, dan produksi kendaraan energi baru yang mencapai 10 juta unit, menunjukkan penerapan nilai Tianxia dan Konfusianisme dalam kebijakan nyata:
Tianxia: Pertumbuhan ekonomi berkelanjutan yang menciptakan harmoni global melalui kontribusi Tiongkok dalam stabilitas ekonomi dunia.
Konfusianisme: Fokus pada kesejahteraan masyarakat melalui keberlanjutan pangan, lingkungan, dan inovasi teknologi.
Relevansi dalam Diplomasi Modern
Tianxia dan Konfusianisme juga mendukung pendekatan Tiongkok dalam diplomasi, di mana pengaruh moral dan budaya diutamakan dibandingkan kekuatan militer atau ekonomi semata. Belt and Road Initiative, misalnya, merupakan ekspresi modern dari konsep tributary dalam Tianxia, di mana kerja sama berbasis saling menguntungkan menciptakan jaringan harmoni global. Selain itu, pertukaran budaya dan pendidikan mencerminkan nilai Konfusianisme bahwa pembelajaran antar peradaban memperkaya dunia.
Kesimpulan
Pidato Tahun Baru Xi Jinping menunjukkan bagaimana tradisi filosofis Tiongkok tidak hanya menjadi warisan sejarah, tetapi juga fondasi kebijakan dan diplomasi kontemporer. Dengan mengadaptasi nilai-nilai Tianxia dan Konfusianisme, Tiongkok menampilkan dirinya sebagai pemimpin global yang berkomitmen terhadap harmoni, solidaritas, dan kesejahteraan dunia. Di tengah tantangan global yang kompleks, pendekatan ini menawarkan visi yang inklusif dan optimis untuk masa depan.
Dalam dunia yang penuh ketidakpastian, Tiongkok mengajak dunia untuk bersama-sama menghapus perselisihan dan menciptakan komunitas yang saling mendukung. Sebuah visi yang, meski berakar pada tradisi, tetap relevan dalam membangun dunia yang lebih adil dan harmonis.