Selasa, 12 Januari 2021 23:03

Membangun masyarakat senasib sepenanggungan dengan negara-negara tetangga

Covid-19

Pandemi Covid-19 yang merebak di seluruh dunia tidak hanya mengganggu laju perkembangan ekonomi dan sosial dunia, tapi juga mendorong situasi internasional semakin rumit. Menghadapi situasi yang tak terduga pada tahun 2020, kekacauan dalam hubungan antar negara meningkat, kegiatan diplomatik tatap muka juga terhambat serius. Namun dalam keadaan ini, diplomasi Tiongkok tetap mencapai banyak terobosan. Antara lain, hubungan dengan negara-negara tetangga yang selalu diprioritaskan oleh Tiongkok, memperagakan banyak titik terang.

Pertama, “diplomasi domba”, “diplomasi cloud” telah menjadi teladan penanggulangan bersama Tiongkok dengan negara-negara tetangga. Ketika pandemi Covid-19 merebak pada awal 2020, untuk mendukung upaya Tiongkok melawan wabah virus corona, pemerintah Mongolia menyumbangkan 30.000 domba ke Tiongkok.

Presiden Mongolia Khaltmaa Battulga, Perdana Menteri Kamboja Hun Sen, serta Presiden Pakistan Arif Alvi yang mengunjungi Tiongkok pada waktu itu justru menunjukkan dukungan politik dan pilihan diplomatik negara-negara tetangga pada saat krusial.

Sementara itu, ketika negara-negara tetangga menghadapi serangan pandemi, Tiongkok juga mengulurkan tangan tepat waktu, tidak hanya menyumbangkan barang medis, mengirim tim ahli medis, Tiongkok juga membangun “travel corridor” untuk pemulihan ekonomi dan kehidupan sosial dengan Indonesia, Korea Selatan, Jepang, Singapura, Kamboja, serta Myanmar. Selain itu, Tiongkok juga berjanji akan menyediakan vaksin dengan prinsip prioritas kepada negara tetangga lainnya.

Pada tahun 2020, Presiden Indonesia Joko Widodo mengadakan pembicaraan dengan Presiden Tiongkok sebanyak tiga kali, dan pemerintah Indonesia serta organisasi sipil juga berkali-kali menyumbangkan bahan medis ke Tiongkok pada periode wabah baru tertular.

Setelah pandemi merebak di Indonesia, Tiongkok tidak hanya berkali-kali memberikan pasokan medis kepada Indonesia, tapi juga secara prioritas menyediakan vaksin virus Corona kepada Indonesia. Pada 13 Januari, Indonesia akan memulai vaksinasi virus Corona, dan Presiden Joko Widodo akan menjadi orang pertama di Indonesia yang menerima suntikan vaksin Sinovac Tiongkok.

Kedua, ASEAN yang menjadi mitra dagang terbesar Tiongkok mencerminkan saling ketergantungan antara Tiongkok dan ASEAN. Tiongkok telah menjadi mitra dagang terbesar bagi ASEAN mulai dari tahun 2009, dan ASEAN menjadi mitra dagang terbesar ketiga bagi Tiongkok mulai dari 2011.

Pada 2019, ASEAN menggantikan Amerika Serikat menjadi mitra dagang terbesar kedua Tiongkok. Di latar belakang perdagangan berbagai negara semuanya terpengaruh oleh dampak epidemi yang parah, pada kuartal ketiga tahun 2020, volume perdagangan Tiongkok-ASEAN meningkat 5% dengan jumlah US$ 481,81 miliar dibandingkan masa sama tahun lalu, dan ASEAN untuk pertama kali menjadi mitra dagang terbesar Tiongkok.

Dalam situasi wabah yang menghancur rantai pasokan rantai industri di berbagai negara, peningkatan perdagangan antara Tiongkok dan ASEAN ini mencerminkan hubungan saling ketergantungan yang nyata antara negara-negara tetangga di kawasan ini.

Ketika pandemi Covid-19 menyerang seluruh dunia, AS yang terus menganjurkan "penarikan diri dari Tiongkok" dan apa yang disebut restrukturisasi rantai industri tidak berguna, sedangkan siapa yang mitra sejati yang dapat bergandengan tangan pada saat krisis sudah jelas sekali.

Ketiga, penandatanganan Regional Comprehensive Economic Partnership Agreement (RCEP) mencerminkan tekad semua pihak untuk bekerja sama mengatasi kesulitan. Meskipun banyak perundingan dihapus atau ditunda karena pandemi, namun 10 negara ASEAN dan Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru tetap secara resmi menandatangani perjanjian pada 15 November 2020.

Hal ini tidak hanya mengumumkan pembentukan zona perdagangan bebas dengan populasi terbesar di dunia, struktur keanggotaan paling beragam, dan potensi pembangunan terbesar di dunia sudah terbentuk, tapi juga mengeluarkan sinyal solidaritas dan kerja sama kepada dunia di tengah pandemi.

Berorientasi masa depan, Tiongkok akan terus mementingkan hubungan dengan negara-negara tetangga. Biarpun bagaimana berubahnya situasi, hubungan Tiongkok dengan negara-negara tetangga akan terus mempunyai vitalitas. Pandemi hanyalah katalisator, Tiongkok akan terus mementingkan dan memprioritaskan hubungan dengan negara-negara tetangga.

Pertama, hubungan antara kekuatan besar masih belum jelas, dan hubungan dengan tetangga adalah stabilisator. Meski pemerintah AS akan berubah, opini publik umumnya percaya bahwa kebijakan umum penindasan strategis AS terhadap Tiongkok tidak akan berubah.

Hubungan erat Tiongkok dengan negara-negara tetangganya tidak hanya terkait erat dengan kepentingan ekonomi dan perdagangan, tapi juga karena sejarah, budaya, dan kondisi nasional yang serupa. Tiongkok dan negara-negara tetangga saling menghormati sistem politik dan jalur pembangunan satu sama lain, dan lebih mudah untuk memahami dan hidup berdampingan satu sama lain.

Kedua, dewasa ini, kerjasama regional semakin menjadi arah prioritas kerja sama. Globalisasi adalah tren sejarah yang tak terbendung, namun karena perpecahan internal di negara-negara maju, kesenjangan pembangunan global masih sangat besar, sistem divisi industri dunia dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti persaingan negara-negara besar dan wabah virus corona, serta persaingan teknologi, kerja sama regional telah menjadi pilihan yang realistis bagi lebih banyak negara.

Bagi Tiongkok, kondisi yang menguntungkan adalah di antara banyak negara tetangga, tidak hanya terdapat negara maju seperti Jepang, Korea Selatan, dan Singapura, tapi juga ada pasar baru seperti Indonesia, India, dan Thailand, serta pasar dengan penduduk skala besar seperti Pakistan dan Filipina. Oleh karena itu, memperkuat kerja sama intra-regional tidak hanya akan menguntungkan semua perekonomian di kawasan, tepi juga akan sangat meningkatkan status dan pengaruh kawasan ini di dunia.

Ketiga, hubungan dengan negara-negara tetangga adalah panggung utama untuk membangun komunitas senasib sepenanggungan manusia. Sebagai tetangga geografis, mitra ekonomi dan perdagangan, terutama di bawah dorongan RCEP dan inisiatif “Sabuk dan Jalan”, serta kerja sama dan gotong royong yang dilakukan oleh Tiongkok dan banyak negara tetangga di berbagai bidang dalam penanggulangan pandemi, semuanya menunjukkan bahwa Tiongkok dan negara-negara tetangga di kawasan ini paling berpotensi terlebih dulu membangun komunitas senasib sepenanggungan.

Di bawah situasi pandemi Covid-19 yang merajalela di seluruh dunia, terealisasinya perkembangan ekonomi dan kestabilan keamanan dalam jangka panjang adalah keinginan bersama negara-negara di kawasan ini. Pada tahun 2021, kawasan ini tetap menghadapi tantangan keamanan dan kesulitan perkembangan ekonomi, maka untuk mewujudkan kestabilan dan perkembangan lebih membutuhkan upaya bersama Tiongkok dan semua negara tetangga.

favorite 1 likes

question_answer 0 Updates

visibility 301 Views

Update
No Update Available
Related News
Kemanjuran dan keamanan vaksin buatan Tiongkok tak boleh dimungkiri
AS maling teriak maling?
Beberapa negara yang tuntut Tiongkok untuk ‘Terbuka’ malah batasi warga Tiongkok masuki wilayahnya
×