Rabu, 24 Maret 2021 21:15

Keputusan menikah tidak sekadar “Cinta”

Podcast

JAKARTA, 24 Maret 2021, Keputusan seseorang untuk menikah ternyata tidak didasari hanya oleh cinta semata. Idekonomi telah merilis episode podcast edisi Valentine yang membahas mengenai landasan ekonomi dari pernikahan dan faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk memutuskan menikah.

Pada segmen CeritaPuan Episode ke-9 ini, Idekonomi menghadirkan Dewa Wisana, Wakil Kepala Lembaga Demografi FEB UI dan Dosen FEB UI yang penelitiannya terkonsentrasi pada demografi, populasi dan sumber daya manusia

Dari perspektif teori ekonomi, pernikahan bisa dianggap sebagai sebuah 'perusahaan'. Pernikahan dipandang sebagai pertukaran di mana kedua pihak setuju untuk berbagi pendapatan, perumahan, kenikmatan seks, serta kegiatan domestik rumah tangga. Jika menurut pendapat umum, rasionalisasi keputusan untuk menikah adalah cinta.

Namun sesungguhnya, kebanyakan orang mencari pasangan dengan karakteristik yang diinginkan, seperti penampilan, penghasilan, sikap positif, minat yang sama, atau agama. Biasanya orang yang memiliki banyak sifat atau karakteristik yang diinginkan akan lebih mudah untuk menikahi orang lain dengan sifat-sifat tersebut. "Dia yang lain itu di luar jangkauanmu" tambah Pak Dewa.

Sebenarnya, ‘biaya’ untuk menikah dapat dilihat dari sisi moneter dan non-moneter. Dari sisi moneter terutama saat kita melihat megahnya perayaan pernikahan. Dari sisi non-moneter adalah biaya 'kebebasan’, terhindar dari komplikasi bila berkeluarga, dan berbagai kesenangan saat berstatus single.

Namun, biaya yang paling mendasar adalah jika Anda memilih untuk menikah dengan seseorang, maka Anda melepaskan kesempatan untuk menikahi orang lain, karena anda mungkin melewatkan kesempatan untuk memperoleh ‘manfaat’ yang lebih besar atau sebaliknya.

Lantas, pasangan seperti apa yang dapat memberikan benefit jangka panjang? Selain cinta, pasangan yang memiliki kondisi sosial-ekonomi yang optimal dapat meningkatkan kebahagian dan kesejahteraan secara berkelanjutan. Salah satu faktor yang berpeluang untuk ‘memberi manfaat jangka panjang’ adalah pendidikan.

Pendidikan tidak hanya berperan sebagai sumber pengembangan modal manusia namun juga berperan dalam assortative mating atau pemilahan dengan siapa kita menikah. Studi Samudra (2015) menyimpulkan bahwa assortative mating dari pendidikan ini juga menjelaskan kondisi sosial ekonomi dari para pasangan tersebut kemudian.

Pasangan yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan cenderung untuk berpartisipasi di pasar kerja. Selain itu, mereka juga cenderung memiliki anak lebih sedikit sehingga modal manusia yang diinvestasikan ke generasi berikutnya relatif lebih tinggi. Secara keseluruhan, perbedaan tingkat pendidikan antar pasangan tersebut akan memengaruhi tingkat akumulasi kekayaan dan modal sepanjang siklus hidup berkeluarga mereka.

Lalu, apakah kehadiran online dating dapat mendorong assortative mating? Teori ekonomi pencarian optimal (optimal search) menjelaskan bahwa keputusan untuk menikah didasarkan pada pertimbangan perbandingan 'kepuasan' yang akan diperoleh dari menikah dibandingkan dengan tetap melajang. Online dating berperan untuk mempercepat proses pencarian optimal tersebut sehingga upaya perbandingan tadi dilakukan secara intensif. Dalam perspektif ekonomi, keberadaan online dating bisa meminimalisir 'salah duga' akibat misinformasi terkait karakteristik yang kita cari dari calon pasangan kita.


----
Idekonomi merupakan media yang bertekad untuk membumikan pemahaman mengenai isu ekonomi agar mudah dipahami melalui wawancara interaktif bersama ahli dan dikemas dalam bentuk siniar (podcast) serta wadah lainnya. Dengarkan secara lengkap pembahasan mengenai isu tersebut di bit.ly/spotify-idekonomi. Sampaikan ide untuk pembahasan di episode berikutnya serta saran, masukan dan ajakan kolaborasi atau kerjasama melalui kotak surel kami di contact.idekonomi@gmail.com (Ilman)

favorite 2 likes

question_answer 0 Updates

visibility 999 Views

Update
No Update Available
Related News
Tokoh muda Papua mendukung pemekaran wilayah, ini alasannya
Live Podcast Kata Papua: Masyarakat dan Tokoh Adat mendukung pemekaran wilayah Papua
Keputusan menikah tidak sekadar “Cinta”
×