Selasa, 23 Mei 2023 14:46

Niat politikus Jepang yang ingin mengaburkan rencana pembuangan air limbah nuklirnya ke laut kembali sia-sia

Lingkungan

Dalam KTT G7 yang digelar baru-baru ini, niat politikus Jepang yang mencoba ‘mengaburkan’ rencana pembuangan air limbah nuklir Fukushima ke laut kembali sia-sia.

Karena suara pertentangan terlalu keras, pernyataan bersama yang dikeluarkan KTT tersebut tidak mencantumkan perkataan seperti ‘menyambut’ rencana pembuangan limbah ke laut oleh Jepang, hanya menyinggung ‘mendukung IAEA melakukan investigasi independen’.

Hal tersebut tidak mengherankan. Beberapa negara seperti Jerman selalu bersikap berlawanan. Menteri Lingkungan Ekologi Jerman Steffi Lemka malah menyampaikan protesnya di depan jumpa pers dengan menyatakan “tidak boleh menyambut pembuangan air limbah nuklir ke laut”, dan pernyataan tersebut langsung menggagalkan rencana pemerintah Jepang

Di dalam KTT G7 kali ini, tuan rumah Jepang secara khusus menyediakan sejumlah makanan dan minuman yang diproduksi oleh Prefektur Fukushima, agar berbagai negara ‘dapat lebih memahami rencana pembuangan limbah ke laut’.

Sebelumnya, makanan yang diproduksi Fukushima sudah kerap diperiksa mengandung bahan radioaktif yang melampaui standar.

Kantor Berita Kyodo Jepang dalam liputan yang dikeluarkannya hari Sabtu kemarin (20/5) mengakui bahwa bahan makanan Fukushima yang digunakan KTT G7 telah memicu ‘kontroversi’. Liputan tersebut juga mengutip perkataan pejabat tinggi partai oposisi Korea Selatan bahwa “penggunaan bahan makanan yang menimbulkan kontroversi pada dasarnya telah menunjukkan keegoisan Jepang”.

Selama lebih dari dua tahun ini, dari masyarakat Jepang sendiri, sampai negara tetangga seperti Tiongkok dan Korsel dan negara-negara Kepulauan Pasifik, turut menyatakan pertentangan keras mereka atas rencana tersebut, dan menuntut pihak Jepang untuk mengambil cara penanganan yang tepat.

Selama KTT G7 diselenggarakan, masyarakat Jepang di berbagai daerah turut mengadakan demonstrasi, dan mencela perbuatan pemerintah Jepang yang ‘membuang air limbah nuklir ke laut sebagai kejahatan internasional!’

Mengapa rencana pembuangan air limbah nuklir ke laut oleh Jepang justru menjadi sasaran masyarakat internasional? Karena semakin banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa perbuatan tersebut akan membawa kerugian yang luar biasa bagi ekosistem laut dan kesehatan manusia.

Air limbah nuklir Jepang setidaknya mengandung lebih dari 60 macam unsur radioaktif, dengan tingkat konsentrasi yang sangat tinggi, dan sejauh ini tidak bisa diuraikan secara teknik.

Lembaga Greenpeace dan para ahli baru-baru ini pun turut menunjukkan bahwa pihak Jepang telah ‘membohongi’ masyarakat internasional, dengan tujuan melayani politik dan fiskal negerinya, jika Jepang tidak menggunakan cara penanganan yang lain, maka hal itu ‘sangat tidak bertanggung jawab’.

Sejauh ini, Lembaga Tenaga Nuklir Internasional (IAEA) masih belum mengeluarkan laporan evaluasi akhir terhadap rencana pembuangan air limbah nuklir ke laut oleh Jepang, namun pemerintah Jepang sudah menunjukkan sikap kerasnya dengan menyebut bahwa proyek pembuangan limbah ke laut akan dirampungkan sebelum akhir Juni mendatang, dan akan secara resmi membuang air limbah ke laut sebelum akhir Juli mendatang.

Rasionalnya, sebagai negara satu-satunya di dunia yang diserang senjata nuklir, Jepang seharusnya lebih memahami risiko dan bahaya akibat radioaktif jika dibandingkan negara lainnya.

Akan tetapi, dilihat dari perbuatan nekat pemerintah Jepang, ternyata sejumlah politikus Jepang hanya memikirkan ekonomi, tidak berpikiran jauh, sama sekali tidak memedulikan dampak serius perbuatannya pada umat manusia dan generasi-generasi selanjutnya.

favorite 0 likes

question_answer 0 Updates

visibility 634 Views

Update
No Update Available
Related News
Xi Jinping: Hendaknya seluruh masyarakat praktikkan konsep “air jernih dan gunung hijau adalah Gunung Emas dan Gunung Perak”
Kisah Xi Jinping pimpin pembangunan peradaban ekologis Tiongkok
Niat politikus Jepang yang ingin mengaburkan rencana pembuangan air limbah nuklirnya ke laut kembali sia-sia
×