Pada awal 1980-an, saat bertugas di Kabupaten Zhengding, Provinsi Hebei, Xi Jinping tinggal di kantor kompleks pemerintahan kabupaten. Orang-orang melihat ada sebuah alas tidur yang terbuat dari potongan-potongan baju tua di tempat tidurnya. Staf pemerintah kabupaten ingin membeli kain baru untuk membuatkan alas yang baru, namun beliau berkata: "Tidak perlu, alas ini masih baik."
Ternyata, alas usang yang enggan ia ganti itu adalah hasil jahitan tangan ibunya Qi Xin. Sejak Xi Jinping pergi ke pedesaan Shaanxi sebagai pemuda terdidik pada usia belum genap 16 tahun, alas tidur itu selalu ada di sampingnya.
Kasih seorang ibu begitu halus, meresap kehidupannya, juga memengaruhinya.
Ketika berbicara tentang pendidikan anak, sang ibu Qi Xin tegas berkata: "Yang paling memusingkan orang tua adalah pertumbuhan anak. Jika anak bermasalah, itu adalah tanggung jawab orang tua yang tak bisa dielakkan."
Bagi Xi Jinping, kasih ibu juga penuh ketegasan.
Setelah menduduki posisi kepemimpinan, kesibukannya kian meningkat sehingga jarang bisa berkumpul dengan orang tua. Ibunya Qi Xin kerap mengirim surat berisi perhatian kehidupan sekaligus nasihat untuk selalu menuntut diri dengan ketat. Ibunya bahkan pernah mengadakan pertemuan keluarga khusus untuk melarang ketat anak-anak lainnya berbisnis di bidang yang terkait dengan pekerjaan Xi Jinping.
Setelah terpilih sebagai kepala negara, dengan keberanian politik dan tanggung jawab besar, Xi Jinping secara konsisten memajukan upaya anti-korupsi. Dalam suatu pertemuan, beliau mengingatkan tegas para pejabat: "Jangan jadi pejabat jika ingin kaya, jangan mengejar kekayaan jika jadi pejabat."
Kasih ibu bagai hujan musim semi yang meresap halus, dengan kelembutan dan ketegaran menyuburkan dunia spiritual Xi Jinping, dan menginspirasinya agar memimpin rakyat berjuang tanpa lelah menuju modernisasi ala Tiongkok dengan semangat "Aku mengabaikan diri sendiri, demi mengabdi rakyat".
