Suara dari Global Selatan: Menuju Persatuan Baru, Tata Dunia Baru.
Oleh: Prof. Dr. Murpin Josua Sembiring, S.E., M.Si.
• Ketua DPD Pergubi (Persatuan Profesor/ Gurubesar Indonesia) Propinsi Jawa Timur.
• Profesor Universitas Ciputra Surabaya / Global Economic Analyst.
Akhir-akhir ini istilah Global South kembali hangat diperbincangkan dalam wacana hubungan internasional dan ekonomi global. Istilah ini tidak lagi sekadar merujuk pada peta geografis, tetapi mencerminkan dinamika geopolitik dan geoekonomi yang sedang bergeser. Ketegangan antara negara-negara maju (Global North) dan sekutunya memperkuat kesadaran kolektif negara-negara berkembang untuk bersatu dan membentuk kekuatan alternatif dalam menghadapi ketidakpastian global. Global South tidak ingin lagi dipandang sebagai penerima pasif bantuan luar negeri, tetapi sebagai aktor aktif yang memiliki peran penting dalam membentuk new world order yang lebih adil dan inklusif.
Dalam situasi global yang semakin tidak stabil dan tatanan konvensional yang rapuh, kebutuhan akan solidaritas Global South semakin mendesak. Pertanyaan kunci yang muncul adalah: siapa yang layak dipercaya untuk memimpin arah baru dari gerakan Global South?
Fondasi Kebangkitan Global Selatan
Ada tiga pilar utama yang menopang kebangkitan Global South:
Pertama. Demografi, negara-negara Global South mencakup sekitar 85% populasi dunia, termasuk negara-negara dengan populasi besar seperti India, Indonesia, Brasil, Nigeria, dan Tiongkok. Kekuatan demografis ini merupakan potensi luar biasa dalam mendorong pengaruh global. Kedua. pertumbuhan ekonomi, meskipun dihadapkan pada tantangan struktural, banyak negara berkembang justru menunjukkan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi yang tangguh, bahkan ketika dunia menghadapi krisis. Hal ini menunjukkan kemampuan resilien mereka dalam ekonomi global. Ketiga. solidaritas Politik dan Strategic Autonomy, semakin banyak negara berkembang yang merasa memiliki nasib dan perjuangan yang sama. Mereka menolak subordinasi terhadap kepentingan kekuatan Barat dan membangun kemitraan horizontal berdasarkan prinsip kesetaraan dan kedaulatan.
Peta Kekuatan Global South
Secara geografis, Global South mencakup negara-negara di Asia (India, Indonesia, China, Pakistan, Bangladesh, Vietnam, Filipina), Afrika (Nigeria, Afrika Selatan, Mesir, Kenya, Ethiopia), Amerika Latin (Brasil, Meksiko, Argentina, Kolombia, Peru), serta Timur Tengah dan Oseania (Iran, Arab Saudi, Turki, Fiji).
Jika lebih dari 20 negara ini bersatu dalam semangat Global South, maka mereka mewakili sekitar 6,6 miliar jiwa—setara dengan 85% populasi dunia. Secara ekonomi, kontribusi mereka terhadap global GDP berdasarkan purchasing power parity (PPP) melebihi 40%. Saat negara maju mengalami stagnasi, Global South justru menjadi growth engine baru bagi perekonomian dunia.
Kekuatan Global Selatan ada di Indonesia.
Indonesia satu-satunya negara Global Selatan yang secara bersamaan menjadi anggota: G20 dan pendukung aktif G77, negara Muslim demokratis besar, pemilik cadangan energi hijau kritikal (nikel, panas bumi), menjembatani Asia–Afrika–Pasifik secara diplomatik dan ekonomi. Posisi Geoekonomi Strategis pada jalur perdagangan Indo-Pasifik dan Belt & Road Initiative (BRI) China, Titik temu GS Asia–Afrika–Pasifik. Potensi Energi Hijau, Nikel (22% cadangan dunia), panas bumi (2º terbesar dunia), Superpower biodiversitas, penduduk ke-4 terbanyak di dunia: 280 juta jiwa (2024) sebagai basis pasar dan tenaga kerja besar dalam Global Selatan.
Kekuatan khas ini menjadikan Indonesia aktor sentral yang tidak tergantikan dalam membentuk tatanan multipolar baru dari perspektif Global Selatan.
Tiongkok: Pemimpin atau Mitra Strategis?
Meskipun telah menjadi kekuatan ekonomi kedua terbesar di dunia, Tiongkok secara historis dan ideologis tetap mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari Global South. Dalam berbagai forum seperti BRICS, Belt and Road Initiative (BRI), dan G77, Tiongkok menyuarakan pentingnya dunia multipolar yang lebih adil.
Namun, pertanyaan penting tetap muncul: apakah Tiongkok layak dipercaya untuk memimpin Global South?
Ada tiga argumen kuat yang mendukung Tiongkok: Pertama : Pendekatan Pembangunan Non-Intervensif. dalam berbagai proyek pembangunan, Tiongkok menekankan pendekatan berdasarkan kebutuhan lokal tanpa intervensi politik. Melalui BRI, lebih dari 3.000 proyek infrastruktur telah didanai di lebih dari 140 negara; kedua komitmen reformasi lembaga global, Tiongkok secara konsisten menyerukan reformasi terhadap institusi global seperti PBB, IMF, dan Bank Dunia, agar lebih merefleksikan kepentingan dan aspirasi negara-negara berkembang dan ketiga, model pembangunan yang inspiratif dimana keberhasilan domestik Tiongkok dalam mengentaskan ratusan juta penduduk dari kemiskinan menjadi sumber inspirasi nyata bagi negara-negara Global South.
Tiongkok tidak boleh hanya berperan sebagai investor, namun wajib juga sebagai fasilitator transformasi Global South melalui tiga dimensi strategis: Pertama: koneksi baru, melalui BRI dan Digital Silk Road, Tiongkok menghubungkan negara-negara Selatan dalam jejaring perdagangan, teknologi, dan logistik yang membuka akses pasar dan inovasi.Kedua: dorongan baru, investasi Tiongkok di sektor energi bersih, manufaktur, dan teknologi menghadirkan momentum baru bagi industrialisasi yang berkelanjutan. Ketiga: dinamika baru, kolaborasi ilmiah, pertukaran budaya, dan kerja sama pendidikan tinggi membuka ruang transformasi sosial dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia.
Misi Global South: Reformasi Tata Kelola Global
Global South memiliki peran strategis dalam mendorong reformasi tata kelola global yang selama ini bias terhadap kepentingan Global North. Agenda penting yang bisa diperjuangkan bersama meliputi: keadilan ekonomi global: Reformasi sistem perdagangan dan keuangan internasional agar lebih inklusif bagi negara berkembang, keadilan Iklim: Menuntut tanggung jawab negara maju dalam mendanai transisi energi dan adaptasi perubahan iklim, multipolaritas damai: Diplomasi berbasis dialog, kerja sama regional, dan penolakan terhadap dominasi tunggal dan inovasi manajemen Global: Pembentukan institusi baru seperti BRICS Development Bank dan forum South-South yang lebih representatif.
Masa Depan Dunia di Tangan Global Selatan
Kebangkitan Global South bukan lagi sekadar wacana, melainkan sebuah kenyataan yang sedang membentuk arsitektur baru dunia. Dalam konteks ini, Tiongkok bukan untuk menjadi penguasa, tetapi mitra strategis yang menghubungkan kekuatan-kekuatan Selatan secara kolektif. Tapi kita ingatkan, keberhasilan Global South tidak boleh dibebankan pada satu negara saja. Diperlukan solidaritas sejati yang kokoh, kolaborasi terbuka, saling memahami dan menerima dan punya visi bersama yang kuat. Maka saya prediksi masa depan dunia yang lebih inklusif, adil, dan sejahtera kini berada di tangan Global South/ Global-Selatan.