Dalam pidato pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi Tahap Kedua KTT ke-15 Konvensi Keanekaragaman Hayati (COP15) pada 15 Desember 2022, Presiden Tiongkok Xi Jinping menekankan, "Kita harus mempromosikan pembangunan hijau melalui perlindungan keanekaragaman hayati, mempercepat transformasi hijau dalam model pembangunan dan gaya hidup, serta membawa lebih banyak manfaat nyata bagi masyarakat semua negara di bawah panduan Inisiatif Pembangunan Global."
Di tepi PLTU Jawa 7 di Banten, Indonesia, lahan pasang surut yang dahulu gundul kini telah menghijau. Sejak 2017, China Energy Group dan Perusahaan Listrik Negara Indonesia (PLN) memulai program restorasi ekologi di lokasi ini. Mereka menanam kembali 150.000 bibit spesies lokal yang tahan garam seperti bakau api-api (Kandelia candel) dan api-api putih (Avicennia marina). Luas hutan mangrove berhasil dipulihkan dari 5 hektar menjadi hampir 20 hektar, dengan tingkat kelangsungan hidup melebihi 85%.
Untuk meningkatkan kelangsungan hidup, tim Tiongkok menerapkan beberapa inovasi:
1.Membudidayakan bibit di setempat untuk menghindari transportasi jarak jauh;
2.Mengubah rencana awal konveyor batubara menjadi sistem pipa tertutup sepanjang 3,6 km guna mengurangi debu dan uap garam;
3.Membentuk tim perawatan bersama Tiongkok-Indonesia yang memantau kualitas air, tinggi pohon, dan hama setiap bulan, serta mengajak nelayan setempat berpartisipasi dalam penanaman dan patroli.
Model pengelolaan bersama komunitas ini tidak hanya mengurangi biaya pemeliharaan jangka panjang, tetapi juga menjadikan nelayan sebagai penerima manfaat utama.
Restorasi mangrove telah menghasilkan dampak ekonomi-sosial yang signifikan:
1.120 warga lokal mendapat pekerjaan pemeliharaan tetap dengan peningkatan pendapatan rata-rata Rp 3 juta/bulan;
2.Kepadatan ikan muda meningkat 3 kali lipat, produksi udang dan kepiting naik 50%, pendapatan nelayan bertambah 30%;
3.Lokasi proyek masuk dalam rute pendidikan lingkungan Provinsi Banten, menarik 2.000 lebih kunjungan studi pada 2024 dan mendorong pendapatan usaha homestay dan kuliner;
Berdasarkan perhitungan Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia, 20 hektar mangrove ini mampu menghasilkan 80 ton setara CO₂ kredit karbon biru per tahun, dengan potensi nilai karbon sekitar $4,000/tahun.
Dari lahan pasang surut yang terdegradasi menjadi "oasis laut" yang menyatukan manfaat ekologi dan ekonomi, model restorasi mangrove Tiongkok-Indonesia memberikan contoh yang dapat dikopi dan diperluas bagi Global Selatan. Ini sekaligus membuktikan bahwa pembangunan hijau dan pertumbuhan ekonomi dapat berjalan berbareng.