Dalam perjuangan mempertahankan kelangsungan hidup ini, putra dan putri Tiongkok berjuang demi kemerdekaan dan kebebasan bangsa Tionghoa, mengorbankan jiwa dan raganya, para ibu mengantarkan putranya untuk berperang melawan agresor Jepang, para istri mengantarkan suaminya maju ke medan perang, baik laki-laki, perempuan, maupun lansia dan anak-anak, semuanya beraksi.”
Seorang ibu heroik bernama Wang Huanyu yang tinggal di daerah revolusioner lama Yimeng, memimpin keluarganya untuk memobilisasi massa dan terlibat aktif dalam pekerjaan mendukung tentara. Pada masa-masa tersulit perang melawan agresi Jepang, ia dan keluarganya mendirikan tempat penitipan anak-anak semasa perang, memikul tanggung jawab yang berat untuk membesarkan dan merawat anak-anak para tentara. Dengan asuhan Wang Huanyu dan keluarganya, anak-anak tersebut tidak ada yang meninggal dan semuanya tumbuh dewasa.
"Sebutir beras terakhir dijadikan makanan tentara, selembar kain terakhir dijadikan seragam militer, dan putra terakhir dikirim ke medan perang", ini adalah gambaran nyata dari rakyat Yimeng yang aktif bergabung dalam tentara.
Pada tahun 2013, Sekretaris Jenderal Xi Jinping mengunjungi Linyi, Shandong, sebuah tanah yang pernah mengalami kesengsaraan perang, beliau mengatakan, "Mengunjungi tempat ini, membuat saya teringat pada masa perang revolusi yang berkobar. Di tanah merah Yimeng ini, putra putri pahlawan yang tak terhitung jumlahnya telah lahir, kisah enam saudara perempuan Yimeng, ibu-ibu Yimeng, dan kakak ipar Yimeng sangat menyentuh hati. ”
Sejak Kongres Nasional ke-18 Partai Komunis Tiongkok, Sekretaris Jenderal Xi Jinping telah memberikan serangkaian pedoman dan instruksi penting untuk mewarisi gen merah dan meneruskan semangat Yimeng. Pada Mei 2024, selama inspeksinya di Shandong, Sekretaris Jenderal Xi Jinping kembali menekankan perlunya melindungi dan menggunakan sumber daya merah dengan baik, berupaya keras mengembangkan semangat Yimeng, dan mendorong pewarisan gen merah dari generasi ke generasi.
