“Melakukan Pelepasan Keterkaitan” tidak hanya merugikan orang lain tapi juga merugikan diri sendiri. “Berbagai negara hendaknya memandang saling ketergantungan di bidang ekonomi sebagai hal baik yang saling melengkapi, saling menguntungkan dan menang bersama, bukan memandangnya sebagai risiko”.
Belakangan ini, dalam pertemuannya dengan para penanggung jawab organisasi ekonomi internasional utama di Beijing, Presiden Tiongkok Xi Jinping memberikan tanggapannya mengenai ekonomi dunia, ekonomi Tiongkok dan tata kelola ekonomi global. Selain itu, Presiden Xi Jinping juga menguraikan pendirian berprinsip Tiongkok yang konsisten dalam mengembangkan hubungan Tiongkok dan AS, sementara menekankan bahwa perang bea cukai, perang perdagangan dan perang iptek bertentangan dengan tren sejarah dan hukum ekonomi, hal tersebut akan berakhir dengan kegagalan.
Sebagai “otot, tulang dan pembuluh darah” ekonomi global, rantai industri dan rantai pasokan adalah jaminan penting operasi ekonomi, bentuk dan perkembangannya adalah hasil dari aturan pasar dan pilihan perusahaan. Andaikata rantai industri dan pasokan adalah pohon, maka setiap simpulnya adalah penghubung sirkulasi, bagian mana pun yang “patah” mungkin akan mengakibatkan pohon tersebut terluka dan layu. Misalnya chip, menurut penjelasan pakar industri, memproduksi sebuah chip membutuhkan kerja sama industri dari setidaknya 7 negara dan 39 perusahaan, serta melibatkan sekitar 50 lebih industri dan ribuan proses. Jika proses ini terganggu, maka produksinya akan terputus, biayanya meningkat, bahkan inovasi tekniknya melamban.
Sebagai dua ekonomi terbesar di dunia, Tiongkok dan AS memiliki keunggulannya masing-masing di bidang rantai industri dan pasokan dunia. Misalnya, kemampuan penelitian ilmiah, kemampuan inovasi dan sumber daya tenaga ahli AS sangat kaya, sedangkan Tiongkok adalah negara yang memiliki kategori industri terlengkap dan fasilitas pendukung terlengkap menurut standar PBB. Menghadapi tantangan bersama seperti lesunya pertumbuhan ekonomi global, Tiongkok dan AS perlu memandang pembangunan satu sama lain sebagai peluang, bukannya tantangan, memandang satu sama lain sebagai mitra, bukannya lawan, serta memikul tanggung jawab sebagai negara besar untuk menjaga kestabilan rantai industri dan pasokan.
Dalam Ekspo Rantai Pasokan Internasional Tiongkok ke-2 yang digelar beberapa hari lalu, proporsi peserta pameran perusahaan asing memecahkan rekor, di antaranya yang terbanyak adalah perusahaan AS, hal ini menunjukkan berbagai negara khususnya perusahaan AS, berharap dapat meningkatkan kerja sama dengan Tiongkok, bersama-sama “menghubungkan” dunia.
Dapat dilihat, sejumlah orang AS perlu kembali ke akal sehat ekonomi, dengan sungguh-sungguh menaati hukum ekonomi, serta bersama dengan Tiongkok mengupayakan “kelancaran” rantai industri dan rantai pasokan global. Globalisasi ekonomi berkembang hingga kini, industri berbagai negara sangat berintegrasi, dan berbagai pihak memperoleh manfaat dari hal tersebut. Hal ini sepenuhnya menunjukkan, pembagian kerja dan kerja sama adalah pilihan semestinya dalam pembangunan sosial, siklus ekonomi yang efisien tak terlepas dari kelancaran mobilitas berbagai faktor. Begitu terganggu, ekonomi dunia akan menghadapi risiko “cedera otot dan tulang”.
Pada kenyataannya, pengenaan pajak bea cukai AS yang tinggi terhadap produk buatan Tiongkok beberapa tahun terakhir ini telah mengakibatkan perdagangan antara Tiongkok dan AS “mengambil jalan memutar” lewat pihak ketiga, serta menaikkan biaya perdagangan global. Semua ini menunjukkan bahwa “pelepasan keterkaitan” bukanlah jalan yang tepat. Asalkan dua ekonomi terbesar di dunia mempererat kerja sama, efisiensi ekonomi baru dapat ditingkatkan, dan pembangunan bersama dapat terwujud.