Rabu, 12 Pebruari 2025 11:59

“Perang Dagang Global” baja dan aluminium kembali dimulai, mengapa AS masih sulit mencapai keinginannya?

Luar Negeri

Pada tanggal 10 Februari waktu setempat, Presiden AS Donald Trump menandatangani perintah eksekutif dan mengumumkan pengenaan tarif sebanyak 25 persen terhadap semua baja dan aluminium yang diimpor AS. Reuters berkomentar bahwa aksi AS ini mungkin akan meningkatkan risiko perang dagang bersama di beberapa bidang.

Pada bulan Desember 2022, WTO mengumumkan laporan tim ahli yang memutuskan bahwa tindakan pengenaan tarif AS terhadap produk baja dan aluminium yang diimpor AS pada tahun 2018 melanggar ketentuan terkait WTO. Kali ini, “perang dagang global” baja dan aluminium yang kembali dimulai oleh AS dengan jelas mengabaikan keputusan WTO, serta dengan serius merusak ketertiban perdagangan internasional, dan sekali lagi menunjukkan sifat intimidasi AS.

Dalam visi ekonomi Trump, tarif adalah cara utama untuk mendorong reshoring manufaktur, melindungi lapangan kerja, dan meningkatkan pendapatan. Namun, jika ditinjau kembali dari fakta sebelumnya, AS mungkin sulit mendapatkan apa yang diinginkannya.

Dilihat dari tujuan manufakturnya, pihak AS mengklaim bahwa pengenaan tarif terhadap baja dan aluminium yang diimpor AS bertujuan untuk “membantu” produsen baja dan aluminium AS. Namun ini ternyata adalah upaya yang sia-sia. Kemunduran industri baja dan aluminium AS adalah fakta yang tak terbantahkan.

Dilihat lagi lapangan kerja, selama perang dagang yang sebelumnya pada tahun 2018, AS mengenakan tarif sebanyak 25 persen terhadap baja dan aluminium yang diimpor AS. Akhirnya, jumlah pekerja di industri baja menurun dari 84 ribu pada tahun 2018 menjadi 80 ribu pada tahun 2020.

Dilihat lagi dari sudut rantai industri, “perang dagang global” baja dan aluminium yang dimulai AS akan mengganggu rantai pasokan AS bahkan seluruh dunia. Harapan AS untuk menjadi “kaya” pun mungkin hanya menjadi khayalan saja. Dapat diprediksi bahwa kali ini, perusahaan pengguna baja hilir dan konsumen AS juga akan mengalami kerugian besar.

Banyak orang memperhatikan, sebagai eknomi terbesar kedua di dunia, imbas apa yang diterima Tiongkok dari pengenaan tarif AS terhadap baja dan alumninium kali ini?

Sebenarnya, AS telah mengumumkan pengenaan tarif sebanyak 25 persen terhadap baja dan aluminium yang diimpor AS dari Tiongkok pada bulan September 2024, akan tetapi dampaknya sangat terbatas. Menurut data statistik, volume ekspor langsung baja Tiongkok ke AS hanya menempati 8 persen dari total volume ekspor baja Tiongkok. Aluminium yang diekspor Tiongkok ke AS juga tidak begitu banyak, karena dikenai bea masuk anti-dumping dan countervailing yang tinggi.

Sebaliknya, produk aluminium yang diekspor Tiongkok ke AS menempati lebih dari 10 persen dari total volume ekspor Tiongkok, sehingga dampaknya mungkin lebih besar. Para tokoh kalangan industri terkait menunjukkan, tarif yang dikenakan pemerintah AS kepada pengimpor pada akhirnya akan ditanggung oleh kosumen AS.

Dalam perang dagang dan perang tarif tidak ada pemenang. Hal ini berulang kali dibuktikan oleh fakta. Pihak AS hendaknya mendengarkan suara para mitra dagangnya dengan baik, dengan sungguh-sungguh memperhatikan kepentingan perusahaan dan konsumen AS, dan kembali ke jalur persaingan ekonomi yang sehat. Bagaimana pun juga, yang didatangkan oleh proteksionisme perdagangan hanyalah “kerugian”, bukan “perlindungan”.

favorite 0 likes

question_answer 0 Updates

visibility 148 Views

Update
No Update Available
Related News
Momen Xi Jinping di Dua Sesi: Kebudayaan Tionghoa digemari oleh masyarakat internasional
Hal-hal besar negara di komunitas kecil
Sidang ke-3 MPPR ke-14 adakan rapat penutupan
×