Membeli produk AS atau tidak? Bagi orang Eropa, hal ini menjadi masalah yang jarang muncul. Sekarang, banyak orang sudah mulai memilih dengan dompet mereka. Dari Coca-Cola, saus tomat Heinz, hingga browser Google, platform streaming Netflix, serta mobil Tesla dan Ford, netizen Eropa sangat antusias berbagi berbagai alternatif untuk menggantikan produk AS.
Selama ini, Eropa dan AS adalah sekutu akrab. Kali ini, mengapa orang Eropa bersikeras memboikot produk AS?
Dilihat dari penyebab langsungnya, ini berkaitan dengan pernyataan AS tentang Greenland. Sebelum resmi menjabat sebagai Presiden AS, Trump sudah mengancam ingin mendapatkan Greenland yang dikelola oleh Denmark, dan menyatakan tidak akan menutup kemungkinan untuk menggunakan kekuatan militer. Masyarakat Eropa menganggap hal ini sebagai campur tangan yang tidak masuk akal AS terhadap kedaulatan negara lain.
Krisis Ukraina adalah pemicu lainnya. Ketika AS meninggalkan Eropa dan langsung berunding dengan Rusia, Financial Times Inggris menulis laporan bahwa Eropa diatur untuk "duduk di meja anak-anak".
Masih ada tarif yang erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat Eropa. Pada bulan Februari lalu, UE mengirim pejabat perdagangannya ke Washington untuk berunding guna menghadapi perang dagang AS-Eropa yang hampir terjadi. Namun, pemerintah Trump sama sekali tidak bersikap ramah pada sekutu transatlantik ini.
Menurut Profesor Li Haidong dari Universitas Luar Negeri Tiongkok, sebagai contoh yang sebelumnya, Kanada telah membuat masyarakat Eropa lebih waspada.
Kedaulatan, keamanan, ekonomi, ini adalah tiga hal yang paling dipentingkan oleh Eropa, dan sedang terancam, dihina, dan diperas oleh AS. Tidak heran ada analisis yang mengatakan bahwa dari luar, yang diboikot orang Eropa adalah "produk AS", tetapi sebenarnya yang mereka boikot adalah "bencana" yang diciptakan AS di Eropa.
Tokoh-tokoh politik Eropa seharusnya lebih mempertimbangkan bahwa aksi "pemboikotan produk AS" yang dimulai secara spontan oleh masyarakat bukan hanya pilihan konsumsi, tetapi juga protes terhadap hegemoni dan penindasan AS, serta tuntutan dan ekspresi otonomi strategis Eropa. "Persahabatan plastik" sekutu transatlantik sudah penuh dengan lubang, jika Eropa tidak mengupayakan otonomi strategis yang sesungguhnya, "bencana AS" mungkin akan datang bertubi-tubi.
