Sabtu, 05 Juli 2025 13:56

Tiongkok dan Eropa bekerja sama, dunia tak akan kacau

Luar Negeri

Tahun ini genap 50 tahun penjalinan hubungan diplomatik Tiongkok-Uni Eropa (UE), pertemuan puncak pemimpin Tiongkok-UE yang baru akan digelar tak lama lagi. Di bawah latar belakang ini, serangkaian interaksi tingkat tinggi baru-baru ini antara kedua pihak menarik perhatian luas.

"Dua kekuatan besar, dua pasar besar, dan dua peradaban besar", posisi hubungan Tiongkok-UE ini menunjukkan bahwa kerja sama tidak hanya menguntungkan kedua pihak, tetapi juga seluruh dunia. Ekonomi Tiongkok dan UE menyumbangkan lebih dari sepertiga PDB global, dengan volume perdagangan melebihi seperempat total global. Kedua pihak mempertahankan multilateralisme, mendukung perdagangan bebas, dan memelihara komunikasi serta koordinasi dalam isu-isu penting seperti perubahan iklim dan kecerdasan buatan.

Di tengah eskalasi konflik geopolitik dan memanasnya perang tarif serta perdagangan, Tiongkok dan UE memiliki tanggung jawab sekaligus kemampuan untuk bersama-sama menjunjung keadilan, menentang unilateralisme dan penindasan, serta memboikot proteksionisme. Seperti yang dikatakan pihak Tiongkok: "Selama Tiongkok dan UE mempertahankan dialog dan kerja sama, pembentukan blok-blok yang saling bertentangan akan sulit terwujud; selama Tiongkok dan UE memilih keterbukaan dan kemenangan bersama, arus globalisasi ekonomi tidak akan diubah; selama Tiongkok dan UE bersama-sama mempraktekkan multilateralisme, dunia tidak akan menjadi kacau."

Bagaimana Tiongkok dan Eropa dapat bekerja sama di tengah situasi baru? Jawabannya bisa ditemukan dalam sejarah. Dalam proses perkembangan hubungan kedua pihak, satu pelajaran yang berharga adalah saling menghormati. Dilihat secara rasional, tidak terdapat konflik kepentingan mendasar maupun ketegangan geopolitik antara Tiongkok dan Eropa. Tiongkok selalu memandang Eropa sebagai mitra biar apakah Eropa berada dalam kondisi baik maupun sulit, Tiongkok selalu mendukung proses integrasi Eropa.

Namun, dalam jangka panjang, di dalam Uni Eropa sendiri terdapat kontradiksi dan keraguan pada bagaimana memandang Tiongkok. Dalam beberapa tahun terakhir, dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, sebagian pemimpin UE mendefinisikan Tiongkok sebagai 'lawan' dan menganjurkan 'de-risking' dalam kerja sama dengan Tiongkok. Sejumlah orang Eropa juga kerap menggembor-gembarkan argumentasi 'ancaman Tiongkok', mencampuri urusan dalam negeri Tiongkok dengan dalih masalah Hong Kong, Taiwan, dan menuding Tiongkok pada isu HAM dan keamanan, Tindakan seperti ini hanya akan merusak fondasi saling percaya antara Tiongkok dan Eropa.

Dalam kunjungannya ke Eropa kali ini, Menteri Luar Negeri Tiongkok menekankan bahwa 'meski Eropa saat ini menghadapi berbagai tantangan, tapi tantangan tersebut baik di masa lalu, masa kini, maupun masa depan tidak pernah berasal dari Tiongkok'. 'Pihak Eropa diharapkan menegakkan konotasi tentang Tiongkok yang objektif dan rasional, serta menerapkan kebijakan yang lebih proaktif dan pragmatis terhadap Tiongkok'. Hanya dengan cara inilah gangguan dan hambatan politik dapat dihilangkan untuk kemajuan kerja sama Tiongkok-Eropa.

Hubungan Tiongkok-Eropa yang sehat dan stabil tidak hanya menguntungkan kedua pihak, tetapi juga bermanfaat bagi dunia.

Setelah menempuh perjalanan 50 tahun, dengan peluang pertemuan puncak pemimpin Tiongkok-UE yang akan digelar, kemitraan strategis menyeluruh antara Tiongkok dan UE diharapkan dapat mencapai perkembangan baru, sehingga lebih mampu menjadi "jangkar stabilitas" di tengah dunia yang penuh gejolak.

favorite 0 likes

question_answer 0 Updates

visibility 177 Views

Update
No Update Available
Related News
Tiongkok dan Eropa bekerja sama, dunia tak akan kacau
Museum Tanaman Obat Pegunungan Altai
Xi Jinping kirim surat ucapan selamat kepada ACYF dan ACSF
×