Jumat, 04 Juni 2021 20:29

Perekonomian Indonesia dan Australia dapat saling melengkapi dan memenuhi hubungan investasi perdagangan

Luar Negeri

Jakarta, 3 Juni 2021. Sepuluh tahun setelah kedua negara berkomitmen untuk memiliki perjanjian bilateral, Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) mulai berlaku pada 5 Juli 2020. Berangkat dari itu, Forum Kajian Pembangunan (FKP) bersama Lembaga Penyelidikan Ekonomi Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) pada Kamis, 27 Mei 2021 mengadakan Public Webinar bertajuk “Measuring Bilateral Economic Cooperation: The Case of Indonesia and Australia”, untuk membahas lebih lanjut terkait studi yang dibawakan oleh Kiki Verico (LPEM FEB UI) bertajuk Bagaimana Mengukur Hubungan Ekonomi Bilateral? Kasus Indonesia - Australia.

Studi ini sendiri bertujuan untuk membuktikan 4 hal yaitu: daya saing produk Indonesia dan Australia, produk yang akan meningkatkan hubungan perdagangan Indonesia dan Australia, produk yang akan meningkatkan hubungan investasi jangka panjang Indonesia dan Australia, dan kelayakan CEPA bagi bilateral ekonomi Indonesia dan Australia serta potensi production network kedua negara.

Dari riset tersebut dapat ditemukan beberapa temuan, diantaranya:
Merujuk pada perbandingan indikator makroekonomi, Indonesia dan Australia berada pada level yang berbeda. Dalam indikator makroekonomi statis, Australia adalah negara berpenghasilan tinggi sedangkan Indonesia baru memasuki tingkat pendapatan menengah ke atas.
Studi ini menegaskan adanya penurunan peran manufaktur di Indonesia di mana 56 persen manufaktur berada dalam kondisi sunset dan poor, dan 44 persen masuk kategori sunrise dan great.
Studi ini menemukan 23 produk dagang (HS-4) di Indonesia yang tergolong sunset dan elegance sedangkan di Australia produk tersebut tergolong sunrise sehingga cocok menerima investasi dari Australia. Selain itu juga ditemukan 17 produk di Australia yang berpotensi mendapat investasi dari Indonesia karena hubungan kombinasi sunrise dan sunset ini.
Australia diperkirakan akan mendapatkan keuntungan investasi pada produk tekstil, pakaian jadi, alas kaki, manufaktur ringan, dan sektor jasa, sementara Indonesia memiliki potensi investasi pada tanaman biji-bijian, daging, makanan olahan dan manufaktur berat. Hasil simulasi GTAP10A menunjukkan bahwa Australia cocok untuk investasi di sektor jasa termasuk jasa pendidikan di Indonesia.
Kerjasama ekonomi antara Indonesia dan Australia bersifat saling melengkapi dan memenuhi hubungan investasi perdagangan; oleh karena itu, model Bilateral CEPA sangat sesuai dengan kebutuhan kedua negara.

Selain itu, studi ini juga menemukan bahwa kedua negara memiliki hubungan saling melengkapi baik untuk perdagangan maupun investasi. “Australia lebih banyak berpotensi untuk investasi di Indonesia, dan investasi itu berpotensi untuk menghasilkan produk yang kemudian dapat digunakan oleh Australia atau diekspor ke negara lain, saya melihat ada potensi production network from Australia to Indonesia” ujar Kiki Verico. Kiki juga menambahkan bahwa CEPA sesuai dengan kebutuhan kedua negara untuk meningkatkan manfaat ekonomi bersama, dan berkelanjutan.

favorite 2 likes

question_answer 0 Updates

visibility 899 Views

Update
No Update Available
Related News
“Si Shengsheng”, maskot Gala Tahun Baru Imlek CMG diluncurkan
Pembangunan bersama inisiatif Satu Sabuk Satu Jalan berfokus pada solidaritas demi kemajuan bersama
“Harus Mempertahankan Kebenaran sambil Inovasi”, artikel Xi Jinping diterbitkan
×