Pan Chunlin, seorang penambang di Yucun, sebuah desa kecil di Provinsi Zhejiang, Tiongkok, tak pernah melupakan musim panas 20 tahun lalu. Ketika tambang ditutup pada Agustus 2005, ia berhenti kariernya di pertambangan yang dapat menghasilkan hampir satu juta yuan per tahun. Namun tak sangka 20 tahun kemudian, hotel desa wiata miliknya yang terletak di antara pegunungan hijau akan menghasilkan pendapatan tahunan sekitar empat juta yuan.
Kini kampung halamannya, Yucun, bahkan akan dinobatkan sebagai "Desa Wisata Terbaik Dunia." Transformasi ini dimulai dengan "Air Jernih dan Gunung Hijau adalah Gunung Emas dan Gunung Perak" yang dikemukakan Xi Jinping sebagai pemimpin Provinsi Zhe Jiang saat itu, yang dikenal sebagai "Teori Dua Gunung".
"Revolusi Hijau" ini yang terjadi di seluruh Tiongkok kini juga memengaruhi kemajuan pembangunan berkelanjutan di seluruh dunia.
Konsep Xi Jinping tentang "Air Jernih dan Gunung Hijau adalah Gunung Emas dan Gunung Perak " tidak hanya diimplementasikan secara luar biasa di seluruh Tiongkok, tetapi juga melampaui batas-batas negara sehingga memicu gelombang hijau global. Di bawah Inisiatif Sabuk dan Jalan, proyek Pelabuhan Chancay Tiongkok-Peru telah menjadi contoh nyata internasionalisasi infrastruktur hijau.
Dari inisiatif "Tembok Besar Hijau" di Afrika hingga "Koridor Energi Bersih" di Asia Tenggara, Tiongkok telah berpartisipasi dalam lebih dari 300 proyek ramah lingkungan yang secara konsisten mewujudkan teori" Air Jernih dan Gunung Hijau adalah Gunung Emas dan Gunung Perak." Menurut laporan Program Lingkungan PBB tahun 2025, kontribusi Tiongkok terhadap pertumbuhan hijau global telah mencapai 34%.