Rabu, 23 April 2025 13:53

Tembok "MAGA" Trump kurung mimpi Amerika

Luar Negeri

Trump duduk di puncak tembok melingkar yang dibangun dari bata tarif, mengenakan kostum bendera Amerika Serikat, menyilangkan kaki sambil memandang "karya"nya—sebuah benteng raksasa yang dipenuhi tulisan bersinar "MAGA". Tembok yang dibangun dari "pajak mobil 25%" dan "tarif timbal balik 10%" akan menyeret ekonomi AS ke dalam pengurungan diri yang absurd.

I. Mitos "MAGA" dalam Celah Tembok
Tembok tarif yang mengklaim "melindungi Amerika" ini sebenarnya dibangun dari kebohongan dan standar ganda. Di sisi kiri tembok, tulisan "25% AUTO TAX" terlihat menyala seperti coretan darah. Ketika AS mengenakan tarif empat kali lipat pada truk pickup impor, lini produksi Detroit justru menghadapi musim dingin yang lebih dingin. Pekerja Ford memegang papan hitungan mundur "PHK setelah 30 hari", sementara mesin-mesin berkarat menumpuk di bawah kaki mereka. Di sisi kanan, "10% RECIPROCAL" menjadi lelucon internasional. Setelah Trump mengenakan tarif "timbal balik" pada baja dan aluminium Uni Eropa, pabrik Harley-Davidson buru-buru pindah ke Bangkok, meninggalkan pabrik di Wisconsin yang pintunya makin berkarat. Dari celah tembok ini merembes gelembung "America First" yang pecah oleh serpihan Perjanjian Amerika Serikat-Meksiko-Kanada USMCA.

II. Korban dalam Penjara Melingkar
Di bawah tembok, petani Lowa terpaksa menelan pahitnya perang dagang. Di samping karung kedelai bertuliskan "Nol Pesanan dari Tiongkok" yang tergeletak, seorang petani memegang plang bertuliskan "Butuh Bantuan" sambil bergurau, "Empat tahun lalu, kedelai ini adalah peluru perang dagang, sekarang jadi bola besi yang menghantam kaki sendiri." Hilangnya pasar Tiongkok secara permanen membuat subsidi pertanian AS melonjak hingga $33 miliar, uang yang akhirnya berubah menjadi racun inflasi pada tagihan konsumen. Tetesan hujan berminyak "PCE 4.0%" dari langit menggerogoti daya beli setiap keluarga, dari kenaikan harga suku cadang mobil 18% hingga lonjakan harga mesin cuci 23%, yang disebut sebagai "perlindung tarif" ini sebenarnya adalah pajak konsumsi nasional.

III. Krisis Kursi Emas Sang Dalang
Di bawah kursi emas Trump, krisis sedang menggelembung. Biaya logistik melonjak 30% karena kapal-kapal di Pantai Timur harus berputar melewati Tanjung Harapan, ditambah dengan gugatan hukum "California vs Gedung Putih" di Pantai Barat, seperti dua penjepit baja yang menghimpit benteng tariff tersebut. Layar pasar saham yang pecah bertuliskan "Dow Jones Anjlok 1.500 Poin" menjadi vonis Wall Street terhadap pertunjukan ini, dan modal memilih kabur dari "Benteng Amerika". Ironisnya, yang terhalang tembok tarif bukan hanya barang impor, tapi juga kredibilitas internasional AS, ketika Uni Eropa membalasnya dengan pajak digital pada Apple, dan Kanada mengenakan tarif pada Wiski Bourbon, benteng ini telah menjadi korban sistem ekonomi global.

Tembok tarif yang dibangun dari semen populisme ini pada akhirnya akan menjadi tiang aib warisan politik Trump. Ketika pekerja otomotif menyadari bahwa "tarif timbal balik" berarti pengangguran, dan petani tersadar bahwa "perang dagang" hanyalah permainan alih subsidi, kursi emas sang dalang pasti akan runtuh. Sejarah akan membuktikan bahwa di abad ke-21, tidak ada negara yang bisa bertahan dengan mengurung diri di balik tembok tarif—kecuali mereka ingin terisolasi, menikmati pertunjukan cahaya "MAGA" yang sudah rusak dalam temboknya sendiri.

favorite 0 likes

question_answer 0 Updates

visibility 108 Views

Update
No Update Available
Related News
Filipina mulai bergelagat di Selat Taiwan? Hati-hati, main api bisa terbakar sendiri
Xi Jinping sampaikan sambutan untuk KTT tentang iklim dan transisi adil
Inisiatif Keamanan Global: Memberikan "Harapan", produk publik yang paling dibutuhkan di dunia yang bergejolak
×